Sunday, December 4, 2016

Review Film “Bulan Terbelah di Langit Amerika 2”


“Apakah Muslim penemu Amerika?” sebuah pertanyaan besar menyambut para calon penonton film “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA 2”.

Setelah sukses dengan kisah Hanum (diperankan Acha Septriasa) dan Rangga (diperankan Abimana Aryasatya) di “99 CAHAYA DI LANGIT EROPA” dan “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA”, alhamdulillah, aku dan mamaku Shinta​ Handini​ diberi kesempatan untuk menjadi salah satu penonton pertama film lanjutan kisah Hanum dan Rangga ini. Sabtu, 3 Desember 2016, kami diundang langsung oleh penulisnya, Kak Rangga Almahendra​ dan Kak Hanum Salsabiela Rais​ untuk menghadiri gala premier filmnya. Namun, kali ini Kak Hanum tidak bisa hadir ke gala premier film ini, karena sebentar lagi akan melahirkan. Semoga semuanya lancar dan sehat ya, Kak! Aamiin.

Gala premiere film Bulan Terbelah di Langit Amerika didakan di XXI Plaza Indonesia dihadiri oleh para kru produksi dan pemainnya, di antaranya ada Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Nino Fernandez, Hannah Al Rashid, Rianti Cartwright, Ira Wibowo, Boy William, sutradara Rizal Mantovani, dan tentu saja Kak Rangga Almahendra sebagai penulisnya.

Sebelum mulai menonton, ada perkenalan para cast juga sedikit berbincang-bincang dengan mereka. Untuk film ini, para pemain melaksanakan syuting di dua tempat di Amerika, yaitu, New York dan San Francisco. Sebelum menonton film, Acha, yang menyumbangkan suara merdunya untuk soundtrack film ini, bersama Ade Omar, menyanyikannya di depan para penonton live. Ah, jadi makin tidak sabar rasanya!




Berawal dari Sebuah Koin 
Ya, semua berawal dari sebuah koin tua dengan sufix yang berpindah-pindah tangan ke berbagai pihak. Hanum, oleh Gertrude, atasannya, diminta untuk menulis sebuah artikel mengenai kebenaran apakah orang Muslim yang pertama menemukan Amerika, bahkan jauh sebelum Christopher Columbus menemukannya, dengan bayaran yang membuat Hanum tidak menolaknya. Gertrude juga memastikan bahwa Hanum harus mendapatkan buktinya. Salah satunya adalah sebuah koin. Koin yang desas-desusnya merupakan peninggalan penjelajah Muslim ketika pertama kali meninggalkan jejak di Amerika, tepatnya San Francisco.

Tak hanya koin, ada pula sebuah buku, yang setelah aku tanya Mbah Google, berjudul “1421 SAAT CHINA MENEMUKAN DUNIA”, ditulis oleh Gavin Menzies. Aku menjadi tertarik untuk membaca bukunya.


Sambil Belajar Sejarah 
Terakhir kali aku mendengar nama Laksamana Cheng Ho adalah ketika pelajaran sejarah di sekolah. Laksamana Cheng Ho adalah seorang penjelajah Tiongkok yang sudah merantau ke banyak daerah di Asia dan Afrika. Dan aku baru tahu kalau Cheng Ho adalah ternyata seorang Muslim! Aku juga belajar mengenai Suku Hui, suku Muslim terbesar di Tiongkok.

This is one of my favorite part of the film! Mempelajari sejarah dan budaya lewat film. Mengingatkanku pada drama-drama Korea yang memiliki setting waktu, tempat, dan latar sejarah kerajaan yang serupa dengan catatan sejarah asli, meski dimodifikasi dengan campuran alur cerita fiksi. Sejak saat itu, aku ingin sekali membuat film Indonesia lebih menarik dengan unsur-unsur sejarah yang dicampur fiksi. Dengan begitu, film dapat dijadikan media yang asik untuk mempelajari sejarah. Doakan agar impianku terkabul, ya!


Mempersatukan yang Terbelah 
Bhinneka Tunggal Ika, motto bangsa kita, merupakan motto yang sangat cocok untuk menggambarkan dunia. Begitu pula apa yang disampaikan Ibu Sylviana Murni setelah menonton film ini, “Unity in diversity,”. Kak Rangga memang mengundang ketiga pasangan calon pemimpin DKI Jakarta untuk menghadiri premiere film Bulan Terbelah di Langit Amerika 2. Namun, hanya dua yang hadir, yang diwakili oleh Bu Sylviana Murni dan Pak Sandiaga Uno. Yang satu lagi? Entahlah. Hehehe.

Beruntungnya, aku dan mamaku menyaksikan film ini satu studio bersama dengan tokoh-tokoh besar. Ada beberapa studio yang dipakai untuk pemutaran film ini secara bersamaan. Di Studio 3 tempatku menonton, ada Ketua MPR Bapak Zulkifli Hasan, Bapak Amien Rais (yang merupakan ayah dari Kak Hanum), Ketua GNPF MUI Ustadz Bachtiar Nasir, Bu Sylviana Murni, Pak Sandiaga Uno, dan tentunya Kak Rangga Almahendra sebagai penulisnya. Juga hadir otak dibalik keistimewaan film ini, sutradara Rizal Mantovani, dan penata musik Joseph S. Djafar. Mereka berterima kasih kepada penonton dan meminta kami untuk terus menyebarkan kebaikan melalui film ini. Sementara para pemain yang lain, sepertinya menyebar nontonnya di studio lain.

Masih ingat kisah Stephan (diperankan Nino Fernandez) dan kekasihnya, Jasmine (diperankan Hannah Al Rashid), di film sebelumnya? Kira-kira, apakah mereka menjadi salah satu yang dipersatukan setelah terbelah?

Azima Hussein (diperankan Rianti Cartwright), masih dari film sebelumnya, menjalankan hidup baru bersama suaminya Abe, dan dikaruniai seorang anak perempuan cantik bernama Sarah (diperankan Hailey Franco). Sayang, ibu Azima tidak menyetujui pernikahan tersebut. Lantas, apa yang akan terjadi?

Juga dengan keluarga yang baru muncul di film ini, keluarga Peter Cheng (diperankan Boy William), yang merupakan keturunan Suku Hui. Apa yang menyebabkan perselisihan di antara Peter dan keluarganya?


Mulai 8 Desember 2016 
Film “BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA 2” akan mulai tayang di bioskop seluruh Indonesia pada 8 Desember 2016. Diperkirakan berbarengan dengan saat melahirkannya Kak Hanum. Wah, barengan juga sama ultah ke-11 adikku yang kecil, Raifasha Areza Fadhila (Arza). Hehehe.

Sekali lagi, aku berterima kasih kepada Kak Rangga dan Kak Hanum atas undangan gala premiere film yang indah ini. Aku semakin ingin mengejar cita-citaku membuat film dengan unsur sejarah.

Bersama para penonton lain, aku juga makin sadar akan kehebatan Islam, dilihat dari tangguhnya para pendahulu kita seperti Laksamana Cheng Ho, juga orang-orang Suku Hui. Film ini menegaskan bahwa Islam itu cinta damai, dan hatiku pun damai melihatnya.

Penasaran dengan koin, buku, dan sejarah yang aku ceritakan?
Apakah benar bahwa Muslim adalah penemu Amerika?
Yuk, jangan ragu untuk mengajak keluarga serta kerabat untuk bersilaturahmi sambil menonton buah karya Indonesia yang menghangatkan hati ini!
Pssst ... menurutku, filmnya lebih bagus dari yang pertama, lho! Penasaran, kan? ^_^


Trailer Film BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA 2


Foto-foto lengkapnya ada diFB-ku ini:
https://www.facebook.com/muthia.fadhila/media_set?set=a.1161157557312857.1073742208.100002558717962&type=3&pnref=story


Saturday, November 12, 2016

Sharing Menulis di KONFERENSI ANAK INDONESIA (KONFA) 2016


Rabu, 9 November 2016, alhamdulillah aku diberi kesempatan untuk berbagi pengalamanku menulis di KONFERENSI ANAK INDONESIA (KONFA) 2016, yang tahun ini bertajuk "Aku dan Jendela Dunia". KONFA 2016 ini sendiri berlangsung selama 4 hari 3 malam, yaitu pada tanggal 8-11 November 2016. Para delegasi KONFA 2016 terdiri dari teman-teman kelas 4-6 SD dari seluruh Indonesia, yang karya tulisnya berhasil mengungguli sekitar 1.800 karya tulis teman-teman lainnya. Hebat, kan!

Tak terasa waktu berlalu dengan sangat cepat, mengingat 7 tahun silam, aku adalah salah satu dari 36 delegasi yang duduk di posisi mereka. Ya, aku adalah salah satu delegasi KONFA 2009. Kami, delegasi KONFA 2009 pun berkesempatan menambah ilmu, berkenalan dengan kawan-kawan dari seluruh penjuru Indonesia untuk pertama kalinya, juga merumuskan deklarasi yang waktu itu mengungkit tema "Save My Food, My Healthy Food".

Dari rangkaian kegiatan KONFA 2016 yang didapat oleh para delegasi, aku berkesempatan ikut serta di hari kedua. Bahagia rasanya, aku berada di tengah-tengah anak kreatif penerus bangsa yang gemar membaca. Aku mengikuti perjalanan mereka dari pagi hingga malam bersama mamaku. Dari rumah, kami terlebih dahulu menuju Griya Patriya yang merupakan tempat penginapan para delegasi KONFA 2016 ini. Aku diharapkan sudah ada di Griya Patriya sebelum pukul 7 pagi. Alhamdulillah, sekitar pukul 6.10 aku dan mamaku sudah sampai di sana.

Di Griya Patriya, ternyata para delegasi masih sibuk bersiap-siap. Yang sudah siap, dipersilakan untuk sarapan. Aku dan mamaku yang baru datang, disambut oleh salah satu panitia. Kami dipersilakan duduk terlebih dahulu. Mamaku ternyata langsung menghubungi Kak Sigit Wahyu yang akan memandu kegiatan hari kedua ini. Kak Sigit segera turun dan menemui aku dan mamaku. Kami pun dipersilakan bergabung untuk sarapan bersama. Sambil sarapan, aku berkeliling menyapa adik-adik delegasi KONFA 2016. Sementara itu, mamaku mengobrol dengan Kak Sigit dan Kak Karto dari tim redaksi Majalah Bobo.

Selesai sarapan, seluruh delegasi KONFA 2016 diajak untuk masuk ke dalam bus. Tujuan pertama kami adalah Perpustakaan Habibie dan Ainun yang terletak di wilayah Jakarta Pusat. Begitu sampai di sana, aku kagum dengan arsitektur bangunannya yang memiliki filosofi tersendiri. Semuanya unik dan indah. Oh, ya, tadinya, di Perpustakaan Habibie dan Ainun ini, kami dijadwalkan untuk bertemu dengan Bapak B.J. Habibie. Tapi berhubung Pak Habibie harus menjalani pengobatan di Jerman selama 3 bulan, maka digantikan oleh anaknya yang bernama Pak Ilham Habibie. Jadi para delegasi akan bertemu dan berbincang dengan Pak Ilham Habibie.

Sembari menunggu kedatangan Pak Ilham, aku menghampiri peserta yang sibuk menulis daftar pertanyaan dan membaca buku. Ada yang menjawab suka membaca KKPK-ku, tapi dia tidak sadar kalau yang sedang bertanya adalah penulisnya. Hahaha.


Akhirnya, Pak Ilham Habibie datang juga. Beliau memang sangat sibuk. Tapi alhamdulillah bersedia meluangkan waktunya untuk bertemu dan bercerita tentang Perpustakaan Habibie dan Ainun kepada para delegasi KONFA 2016. Pak Ilham bercerita kalau beliau lahir di Jerman. Pak Ilham juga bercerita banyak tentang buku. Mulai dari tidak adanya paksaan untuk membaca, hingga buku-buku favorit Bapak B.J. Habibie. Selain itu, Pak Ilham juga bercerita tentang sejarah kehidupan Bapak B.J. Habibie, terutama tentang pesawat-pesawat yang telah dibuat oleh beliau. Luar biasa. Kita patut bangga mempunyai putra bangsa seperti Bapak B.J. Habibie dan Bapak Ilham Habibie.

Setelah berbincang dengan Pak Ilham yang ditutup dengan sesi foto bersama, para delegasi berpindah tempat menuju Roemah 7A di Kemang. Meski bertegur sapa dengan hujan dan angin, semangat para delegasi KONFA 2016 untuk beraktivitas masih jauh dari kata lelah. Mereka kembali menerima materi keren yang sangat bermanfaat. Kali ini materinya mengenai mind-mapping yang dibawakan oleh pakar mind-mapping, Bapak Sutanto Windura. Di akhir sesi, para delegasi diminta membuat mind-mapping tentang hobi mereka. Waaah, keren-keren, lho!


Akhirnya, tiba giliranku untuk berbagi pengalamanku dengan adik-adik delegasi KONFA 2016. Aku memperkenalkan diriku, lalu bercerita tentang kegiatanku saat menjadi delegasi KONFA 2009. Setelah itu, aku mulai sharing tentang menulis. Di sela-sela materi yang kuberikan, aku menayangkan cuplikan film anak untuk memancing imajinasi mereka. Aku pun bertanya beberapa hal tentang film yang telah mereka tonton. Ternyata, mereka semua bisa menjawab semua pertanyaanku. Wiiih, kereeen! Di sesi tanya jawab, berbagai pertanyaan tak terduga yang menggelitik dilontarkan oleh para peserta. Aku juga kagum dengan variasi buku yang mereka baca. Mulai dari KKPK, hingga buku Tere Liye, juga biografi tokoh-tokoh. Terakhir, seperti biasa, sesi sharing menulis dariku pun ditutup dengan foto bersama. Aaah ... dapat berbagi pengalaman dengan para delegasi KONFA 2016 merupakan sebuah kesempatan berharga sekaligus membahagiakan bagiku.

Terima kasih kuucapkan sebesar-besarnya kepada Tante Ani Kussusani, beserta staf Majalah Bobo yang sudah mengundangku. Alhamdulillah, tiap tahun aku diundang untuk menghadiri perhelatan Konferensi Anak Indonesia. Biasanya aku menjadi tamu undangan, wakil dari alumni KONFA. Sementara tahun lalu aku diundang menjadi fasilitator KONFA 2015. Dan tahun ini aku diundang menjadi pembicara di KONFA 2016. Biasanya, setiap kali diundang, aku mendapat banyak oleh-oleh dari Majalah Bobo. Di KONFA 2016, sebagai pembicara, aku mendapat oleh-oleh lebih banyak lagi, yaitu berupa plakat, boneka Bobo, jam dinding Bobo, satu set tempat makan Bobo, kartu Flazz Bobo, kaos KONFA 2016, dan dress batik. Lucuuu! Kapan-kapan undang lagi, ya ... Hehehe .... ^_^




Foto-foto lengkapnya ada di FB-ku:
https://www.facebook.com/shandini/media_set?set=a.1118315154930431.1150956509&type=3


Sunday, July 3, 2016

Sharing Menulis di Festival Literasi Jakarta 2016


Jum’at, 3 Juni 2016 lalu, aku diundang sebagai pembicara di acara Festival Literasi Jakarta 2016 oleh panitia dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta. Sebetulnya aku sudah diberi tahu info ini semenjak aku mengisi di acara MGMP Bahasa Inggris di SMAN 8 Jakarta. Tetapi kegiatannya diundur beberapa minggu setelahnya. Cerita tentang kegiatan di SMAN 8 Jakarta itu bisa dibaca di link ini: Sharing di Seminar Guru "Gerakan Literasi Sekolah".

Acara Festival Literasi ini diikuti oleh berbagai sekolah yang membuat stand-stand mengenai literasi di sekolahnya. Mulai SD, SMP, SMA, para murid berlomba untuk unjuk bakat dalam bidang literasi, diantaranya mendongeng, pidato, sampai musikalisasi puisi. Acara ini diadakan di Universitas Trilogi Jakarta. Aku datang kesana bersama kepala sekolahku, Pak Fakhruddin, dan guru Bahasa Inggris yang waktu itu mengajakku untuk ikut mengisi di SMAN 8 Jakarta, Miss Arifah.

Sehari sebelumnya, aku diberi rundown acaranya oleh Miss Arifah. Disitu tertulis bahwa aku akan sharing proses kreatif menulis bersama penulis dari SMAN 39 Jakarta. Aku jadi teringat ketika mengisi di SMAN 8, ada guru SMAN 39 yang bilang bahwa beliau punya murid yang juga seorang penulis, yaitu Ayunda. Wah, akhirnya setelah lama tidak bertemu aku bisa sharing menulis dengan Kak Yunda!

Aku, Pak Fakhruddin, dan Miss Arifah berangkat dari sekolah setelah Jum’atan. Hari itu adalah hari terakhir PAT, jadi aku ke sekolah dengan membawa buku pelajaran yang diujiankan serta membawa satu tas lagi berisi buku-bukuku yang kutitipkan di ruang guru. Sesampainya disana, aku melihat banyak stand per sekolah yang menunjukkan karya-karya muridnya. Labschool, SMAN 13, SMAN 26, SMAN 36, SMAN 12, SMA MH Thamrin, SMAN 39, MAN 4, MAN 3, SMPN 1, SMPN 115, Santa Ursula, Don Bosco Pondok Indah, SMAN 8, Mentari School, SD Penabur 1, SDN Menteng 1, dan masih banyak lagi.

Kami langsung diantar ke tempat acara. Pak Fakhruddin dan Miss Arifah menonton, sementara aku masuk ke ruang tunggu dan bertemu dengan Kak Yunda yang sedang mengobrol dengan beberapa pengisi acara lainnya. Rupanya Kak Yunda sudah di tempat semenjak pukul 10, dan acara dimulai terlambat. Jadi, sepertinya jadwal kami tampil pukul tiga sore akan diundur. Kak Yunda juga cerita bahwa ia sempat bertemu Nabilah JKT48.

Aku akhirnya juga menonton rangkaian acaranya. Banyak yang hadir disana. Ada dari Kementerian Agama, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, dan banyak tamu undangan lainnya. Ternyata, Nabilah JKT48 dipilih sebagai Duta Literasi karena minatnya yang besar pada bidang membaca.

Sebelum tampil, aku bertemu Bapak Dr. Sopan Adrianto, M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan provinsi DKI Jakarta. Aku juga bertemu Bapak Mohammad Husein yang jadi Ketua Panitia Festival Literasi Jakarta 20016 ini. Dan untuk kesekian kalinya, aku juga bertemu dengan Bu Desi dan Bu Yully, guru-guru yang sangat baik hati. Aku, Pak Fakhruddin, dan Miss Arifah berfoto bersama semuanya dengan mengikutsertakan buku-bukuku. Aku juga bertukar kartu nama dengan beberapa guru.

Saatnya aku dan Kak Yunda tampil. Aku sharing pengalamanku menulis dengan Kak Yunda di panggung utama. Kami membahas bagaimana kami mendapat ide menulis dan berinteraksi dengan siswa-siswi dari sekolah lain yang juga tertarik dalam dunia tulis menulis. Sayangnya, waktu berlalu begitu cepat. Setelah sharing, aku juga sempat diwawancara oleh Radar Online.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Aku mengitari stand, bertemu wajah-wajah yang kukenal seperti temanku saat SMP, atau teman yang kutemui saat mengikuti suatu kegiatan. Tak lupa berfoto dengan Kak Yunda yang juga langsung bergegas ke acara selanjutnya. Setelah puas berkeliling dan berfoto-foto, aku, Pak Fakhruddin, dan Miss Arifah kembali ke sekolah.

Terima kasih kepada Bu Desi, Bu Yully, Pak Mohammad Husein, dan lain-lain yang menjadi panitia di acara Festival Literasi Jakarta 2016 ini dan telah mengundangku di acara keren ini. Semoga nanti aku bisa ikut berpartisipasi lagi dalam kegiatan literasi yang lain.

Terima kasih kepada Pak Fakhruddin dan Miss Arifah atas izinnya sehingga aku berkesempatan untuk bisa sharing di depan teman-teman dari berbagai sekolah. Terima kasih juga untuk guru-guru dan teman-teman yang selalu mendukung kegiatanku. Doakan agar aku bisa terus berkarya, ya. ^_^

Foto-foto lengkapnya ada di Facebook-ku:
https://www.facebook.com/muthia.fadhila/media_set?set=a.1028401517255129&type=3

Saturday, July 2, 2016

SMA Labschool Jakarta di Ajang FLS2N Jakarta Timur 2016


Senin, 16 Mei 2016, ketika aku masih asik mendengarkan penjelasan materi sosiologi oleh Pak Marsono, Ocal, sang ketua kelas, mengkodekan dari jendela kecil di pintu kelas bahwa aku diminta untuk keluar. Aku pun meminta izin Pak Marsono untuk keluar. Kata Ocal, aku dipanggil Bu Reni, guru Bahasa Indonesia, untuk membahas Festival Lomba Seni Siswa Nasional, atau yang biasa disebut FLS2N.

Seminggu sebelumnya, aku ingat Bu Reni pernah bertanya padaku mengenai kegiatanku di minggu-minggu itu. Aku menyebutkan bahwa aku juga masih harus menyelesaikan artikel untuk majalah sekolah dan Kompas Muda. Bu Reni juga menyampaikan maksudnya untuk mengajakku ikut FLS2N cabang perlombaan film pendek.

Di ruang guru, sudah ada Bu Reni dan Soka, murid X IPS 1 yang menjadi sutradara film 1991, Winner Labs Film Festival 2016. Sejak SMP pun, Soka juga sudah mengikuti lomba-lomba film pendek bersama Padma yang sekarang sekelas denganku. Bu Reni menjelaskan bahwa 2 hari lagi, tepatnya Rabu, 18 Mei 2016, akan diadakan FLS2N tingkat kotamadya Jakarta Timur di SMAN 36 Jakarta. Kami diberikan lembaran berisi ketentuan-kententuan lomba. Mulai dari tema, unsur penilaian, dan sebagainya. Saat itu juga, kami harus mulai menggagas ide, membuat naskah, dan mempersiapkan hal-hal lain. Bu Reni juga sudah membuat surat izin untuk kami tidak mengikuti pelajaran dan fokus pada lomba.

Aku, Soka, dan Ocal mulai brainstorming di TRRC, ruang rapat sekolah, dimana ada beberapa siswa lainnya yang ternyata juga sedang mempersiapkan diri untuk lomba poster dan kriya. Tema film pendek yang harus dibuat adalah ‘Sekolahku Inspirasiku’. Di saat mendadak seperti ini, otakku blank, meskipun terbesit beberapa skenario tidak tuntas di pikiran. Aku baru menyadari bahwa beban membuat film jauh lebih berat daripada menulis cerita yang seperti biasa aku lakukan. Saat mengikuti Winner Camp Lomba Menulis Surat ‘Generasiku Melawan Korupsi’, aku ingat materi skenario yang dibawakan oleh kak Gina S. Noer. Beliau mengatakan bahwa kunci membuat skenario adalah “Show, don’t tell”. Cerita tentang kegiatanku di Winner Camp Lomba Menulis Surat ‘Generasiku Melawan Korupsi’ bisa dibaca di link ini: Cerita dari Winner Camp LMS Pos Indonesia 2016.

Kebetulan hari itu aku juga membawa laptop sehingga bisa langsung mengerjakan skenario di laptop. Tidak lupa, aku memberi tahu mama kalau aku diminta mewakili sekolah untuk ajang FLS2N film pendek. Kuberi tahu tempat dan waktu lombanya, juga teknisnya bahwa segala sesuatu harus dikerjakan hanya bertiga. Mulai dari membuat skenario, syuting, editing, bahkan pemeran film itu. Sekaligus bertukar inspirasi dan mendapat aspirasi dari mama.

Soka tiba-tiba mengusulkan untuk membuat film pendek dari puisi atau lagu. Pada saat itu, kami sudah punya ide tentang pohon harapan. Aku langsung teringat akan puisiku yang kutulis beberapa waktu lalu. Isinya tentang pohon yang kujadikan perumpamaan. Soka pun setuju dengan puisiku dan aku mulai merancang skenario di sekolah berdasarkan puisinya. Tepat sebelum waktu pulang sekolah, skenarionya selesai dibuat. Meski filmnya nanti hanya berdurasi 5 menit, kami ingin menunjukkan sesuatu yang sederhana namun bermakna dalam film tersebut. Kami menunjukkan hasil skenarionya pada Bu Reni dan Bu Reni memberi masukannya. Kami juga memberi tahu bahwa besok kami harus mulai script reading, percobaan pengambilan gambar, dan percobaan editing sehingga butuh mengambil waktu belajar lagi.

Keesokan harinya, kami mengikuti pelajaran pertama dulu, yaitu penjas yang kebetulan hanya tes lari pada saat itu. Setelah tes, aku, Soka, dan Ocal langsung berganti baju dan menuju ke TRRC. Karena nantinya TRRC akan dipakai untuk rapat, kami pun pindah ke kelas XII IPS 1. Kelas 12 juga sudah tidak ada kegiatan belajar mengajar sehingga kelasnya kosong. Kami mulai script reading. Menuliskan gambaran tentang adegannya, shoot dari angle mana, edit dengan filter apa, dan sebagainya. Tidak lupa menulis peralatan dan perlengkapan yang harus dibawa untuk syuting. Ocal dan Soka juga mulai mencoba mengedit video dengan video kucing yang sudah Soka ambil. Mengatur saturation, filter, oh, tugasku menulis skenario, ya.

Tidak hanya menjadi penulis skenario, aku juga menjadi pemeran utama dalam film ini dengan nama tokoh Gia. Soka menjadi pemeran pembantu, Tan. Ocal pun juga ikut berakting menjadi pak guru. Adegan Ocal di-shoot oleh Soka. Begitu pula sebaliknya, adegan Soka di-shoot oleh Ocal.

Hari perlombaan pun tiba. Kami memakai batik Labschool di hari Rabu. Kebetulan, hari itu sekolah libur karena kelas 12 sedang acara wisuda. Tetapi tidak ada libur bagi kami yang akan mengikuti lomba. Hahaha. Paginya aku meng-print lampiran yang harus diserahkan ke juri, berisi identitas peserta, sinopsis, naskah, nama pemeran, dan kru. Sebenarnya sudah aku print di rumah. Sayangnya, lambang DKI Jakarta yang harus terpampang di halaman pertama itu tidak berwarna karena tinta printer warnaku habis.

Kami berangkat juga tidak bersama guru karena guru-guru sedang menghadiri wisuda kelas 12. Dengan ditemani guru PPG, kami berangkat dengan Uber. SMA Labschool Jakarta berpartisipasi dalam enam cabang lomba. Film pendek, vokal, poster, kriya, membaca puisi, dan menulis puisi. Untuk vokal, poster, dan kriya, ada masing-masing satu perwakilan perempuan dan laki-laki.

SMAN 36 Jakarta memang tidak terlalu jauh dari sekolah kami. Sesampainya disana, kami registrasi ulang dan menunggu pembukaan. Aku mulai was-was melihat siswa-siswi yang mondar-mandir membawa peralatan yang sepertinya digunakan untuk lomba film pendek. Soka dan Ocal membawa kamera lengkap dengan tripodnya. Namun, ternyata ada pula yang membawa kamera yang biasa kita lihat untuk liputan-liputan di televisi. Bu Ina, guru seni rupa, juga sudah mengingatkan untuk tidak terlalu berharap, yang penting melakukan yang terbaik meski dengan waktu persiapan yang tidak banyak.

Setiap cabang perlombaan dialokasikan ke berbagai kelas. Untuk film pendek, kelasnya bertempat di pojok, dekat taman belakang sekolah. Juri masuk dan membacakan ketentuan-ketentuan lomba. Ada sekolah yang membawa siswa-siswi lain selain tiga orang yang ikut lomba, untuk menjadi pemeran. Sayangnya, mereka tidak diperbolehkan untuk menggunakan lebih dari tiga orang dalam produksi film tersebut. Aku, Soka, dan Ocal yang mulai deg-degan hanya bisa berdoa sebelum lomba akhirnya dimulai pukul sembilan. Kami punya waktu enam jam sebelum waktu pengumpulan, yaitu pukul tiga sore. Target kami, tiga jam untuk syuting dan tiga jam untuk editing.

Adegan pertama adalah syuting Gia di bawah pohon. Karena filmnya maksimal berdurasi lima menit, kami mencoba membuat sesederhana mungkin dan hanya menggunakan dua lokasi syuting, yaitu di bawah pohon dan di dalam kelas. Setelah sekali take, aku berdiri untuk mengecek hasilnya, namun ketika meraba rokku, terdapat cairan lengket entah dari mana asalnya. Aku melihat ke tempat aku duduk dan menemukan getah pohon di sana. Sembari menunggu Soka dan Ocal berdiskusi mengenai angle dan yang lainnya, aku meminta izin untuk ke kamar mandi. Mencoba menghilangkan cairan itu, namun tidak bisa. Untungnya, aku membawa baju ganti yaitu seragam putih abu-abu, barangkali akan syuting dengan seragam itu. Aku pun mengganti rokku dan waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh.

Ada adegan dimana aku menyenderkan kepalaku ke batang pohon. Ketika aku duduk di sisi yang berbeda dari tempat aku terkena getah pohon tadi, giliran rambutku yang terkena cairan lengket tersebut. Aku menghela napas. Belum apa-apa sudah sial, haha. Tetapi, pada akhirnya adegan di bawah pohon selesai dan kami masih punya waktu untuk syuting adegan di dalam kelas.

Untuk adegan kelas, kami memakai kelas yang memang dikhususkan untuk film pendek. Jaga-jaga tidak ada spidol, kami membawa spidol dari sekolah untuk menulis di papan tulis, seperti yang ada di dalam skenarionya. Ocal juga bertransformasi menjadi guru matematika. Agar totalitas, kami bahkan membawa kertas jawaban ulangan dari sekolah. Saatnya aku dan Soka beradu akting. Untungnya, film kami minim dialog dan rata-rata menggunakan voiceover, sehingga bukan menjadi masalah besar jika ada yang syuting satu ruangan dengan kami. Oh iya, di dalam ruangan juga terlihat OSIS dan MPK mengenakan jas yang mengawasi berlangsungnya acara.

Waktu menunjukkan pukul 12 dan terlihat seorang guru membawakan KFC untuk murid-muridnya yang sedang syuting. Kami pun membujuk para PPG yang ikut bersama kami untuk membelikan makanan yang sama. Akhirnya kami dipesankan McDonald untuk makan siang. Proses editing dimulai. Soka menjadi editor utama. Ocal bertugas menambahkan jika ada yang kurang. Sementara aku merapikan lampiran untuk diserahkan sembari membantu Soka memilih efek dan musik yang cocok dan ditemani snack yang dibawa Ocal dan Soka dari rumah.

Sekitar pukul setengah dua siang, anak-anak Labschool yang mengikuti lomba lain mulai berdatangan, mengambil makan, dan sekedar beristirahat karena lomba mereka telah selesai. Mereka juga menonton hasil karya kami sebelum kami serahkan. Kak Rasydan, yang ikut lomba vokal pria, menemukan kesalahan dalam penulisan FLS2N yang kami tulis menjadi FLSN karena terburu-buru. Padahal sebentar lagi pukul tiga dan kami sudah meng-extract file-nya menjadi .mp4 seperti di ketentuan. Sehingga dengan waktu yang kurang dari 15 menit lagi, kami harus mengedit dan meng-extract ulang videonya. Untungnya kami mengumpulkan tepat waktu dan merasa lega. Tinggal berdoa dan menunggu pengumuman.

Kami menunggu di kelas lain karena ruangan yang kami pakai untuk film pendek akan dipakai untuk penilaian juri. Setelah mengobrol-ngobrol, kami pun pindah ke aula tempat dilaksanakan pembukaan, menunggu pengumuman. Dua orang izin pulang duluan karena sudah dijemput, tersisa sembilan orang berbatik marun Labschool duduk berjejer ditemani tiga guru PPG.

Pengumuman dibacakan sekitar pukul empat. Pengumuman film pendek dibacakan terakhir karena masih dalam proses penilaian. Pengumuman pertama adalah pengumuman lomba baca puisi. Meskipun aku bukan peserta, aku juga ikut deg-degan. Juri membacakan, “Juara harapan 3 ...”. Spontan aku menoleh ke Soka dan berkata, “Oh, masih ada harapan.” yang bisa berarti dua, ada juara harapan, dan ada harapan untuk kami maju ke depan. Hahaha.

Perwakilan sekolah, Beby memang sudah dari SMP mempunyai bakat membaca puisi. Benar saja, Beby mendapatkan juara 2. Setelah itu, pengumuman lomba-lomba lain dibacakan. Satu persatu anak Labschool maju dan menerima piagam dan piala. Kak Rinda juara harapan 1 menulis puisi. Kak Luthfia juara harapan 3 lomba poster wanita. Kak Rasydan juara 1 vokal pria. Diva juara harapan 3 lomba kriya wanita. Aca juara 3 lomba vokal wanita. Tersisa satu lomba lagi dan kursi-kursi di antara aku, Soka, dan Ocal sudah kosong karena semuanya maju ke depan. Tersisa kami bertiga.

Pengumuman pemenang film pendek akhirnya dibacakan. Mulai dari juara harapan 3 hingga juara 2, nomor peserta kami tak kunjung disebutkan. Kami peserta nomor 7, lucky seven. Haha. Tiba saatnya juara pertama disebutkan. “Nomor peserta ... TUJUH!”. Aku langsung berdiri dan bersorak, begitu pula Soka dan Ocal.

Ketika sekolah lain hanya perwakilan satu orang yang maju, kami langsung maju bertiga ke panggung. Menerima piala bertuliskan Juara 1 Film Pendek. Ah, perjuangan tiga hari ini tidak sia-sia. Meskipun tertinggal pelajaran dua hari, aku masih bersyukur bisa membawa pulang piala di hari libur ini.

Setelah pengumuman selesai, kami semua berfoto bersama dengan piala dan piagam kami. Ini adalah tahun pertama SMA Labschool Jakarta ikut serta dalam lomba film pendek di FLS2N. Para peserta juara 1 dan 2 nantinya akan mewakili Jakarta Timur wilayah 1 untuk maju ke tingkat provinsi DKI Jakarta.

Teman-teman, mohon doa dan dukungannya, ya! ^_^


Foto-foto lengkapnya ada di Facebook-ku:
https://www.facebook.com/muthia.fadhila/media_set?set=a.1027999300628684&type=3&pnref=story


Labs Film Festival (LFF) 2016


Pada 30 April lalu, di sekolahku, SMA Labschool Jakarta, diadakan malam penganugerahan Labs Film Festival. Labs Film Festival adalah acara tahunan SMA Labschool Jakarta dimana setiap kelas membuat film pendek yang diunggah ke YouTube dan dilombakan. Kelasku, dengan film pendek kami yang bertajuk "TITIK KOMA" berhasil membawa pulang 5 piala dari total 7 nominasi. Mulai dari Vianka sebagai Best Supporting Actress, Best Costume and Make Up yang disponsori oleh online shop Riva, Best Cinematoraphy hasil tangan-tangan emas Ocal, Best Script yang bahkan aku tidak menyangka berhasil mendapatkannya setelah bekerja sama dengan Baba, juga film kami sebagai Runner Up Labs Film Festival 2016. Selain itu, kami mendapat nominasi Best Editing dan Best Director.

Winner Labs Film Festival 2016 adalah film "1991" dari kelas X IPS 1 dan "Soul Changes" karya X IPA 5 sebagai 2nd Runner Up-nya. Meskipun begitu, Alhamdulillah kelasku berhasil membawa pulang piala paling banyak. Perjuangan kami mulai dari menggarap ide hingga editing tidak sia-sia.
Oh ya, Labs Film Festival ini mempunyai tim juri yang diketuai oleh Bapak Aryo Danusiri, yang merupakan sutradara film nasional. Beliau sangan support dengan kegiatan LFF ini.

Acara Labs Film Festival memang sudah diumumkan sejak Desember tahun lalu. Kami diberi waktu hingga pertengahan Februari untuk mengumpulkan film pendeknya. Bahkan, aku dan Ainul sudah mulai bertukar inspirasi semenjak liburan kami bersama Vabio dan Aliya ke Yogyakarta. Duh, tapi namanya anak SMA sekarang, ya, kelihatannya sibuk banget. Merumuskan ide yang fix aja akhirnya molor sampai awal Februari. Hahaha.

Berbagai meeting diadakan. Mulai di sekolah, di rumah Fatia, sampai sambil bersantai di Fat Bubble. Aku dan Baba, yang ditugaskan menjadi penulis skenario pun mulai membagi tugas akan menulis adegan-adegan mana sebelum endingnya ditentukan, karena skenario ini juga hasil sumbangan pemikiran teman-teman yang ikut berpartisipasi, bukan hanya buah pikir seorang atau dua.

Pada saat itu, kebetulan aku terpilih menjadi salah satu finalis Lomba Menulis Surat "GENERASIKU MELAWAN KORUPSI" yang diadakan oleh KPK dan PT Pos Indonesia. Ceritanya bisa dibaca di link ini: Cerita dari Winner Camp LMS Pos Indonesia 2016.

Jadi, selain harus menulis skenario, aku juga harus mempersiapkan diriku untuk mengikuti final lomba tersebut. Karena deadline yang makin kesini makin dekat dan kami juga belum menentukan akhir dari ceritanya, aku dan Baba menyelesaikan skenario pada malam sebelum syuting. Itupun baru selesai setengahnya.

Selama aku mengikuti Winner Camp Lomba Menulis Surat di Bandung, teman-teman sudah mulai proses syuting adegan-adegan yang sudah jadi dalam skrip. Seperti adegan di sekolah dan di cafe. Untuk adegan cafenya, kami syuting di sebuah kafe di daerah Gading. Zafira dan Dean sebagai produser lah yang bertanggung jawab urusan perizinan. Setelah syuting di kafe, teman-teman melanjutkan syuting adegan toilet dan kelas di sekolah. Avi, bagian dari kelas kami yang pada awal semester kedua pindah sekolah juga menyempatkan diri untuk menjadi cameo sebagai teman dari Daffa yang berperan sebagai Dikka.

Sepulangnya dari Winner Camp Lomba Menulis Surat di Bandung, aku langsung bergegas untuk mengikuti les Bahasa Perancis di daerah Menteng. Aku tidak mau bolos selama masih bisa mengikutinya. Alhamdulillah perjalanan Bandung-Jakarta lancar, sehingga aku tidak terlambat les Bahasa Perancis. Kebetulan juga, aku sekelas dengan Ainul yang merupakan sutradara Titik Koma. Sepulang dari tempat les, aku dan Ainul menumpang mobil Khalya, teman sekelas kami di sekolah maupun tempat les, untuk mengantarkan kami ke Perpustakaan Nasional di Salemba. Aku dan Ainul akan melakukan survei tempat syuting.

Karena selama ini aku hanya bisa memandangi gedung Perpusnas dari luar, muncul ekspektasi-ekspektasi akan banyak hal yang akan aku temui di dalamnya. Membayangkan bahwa perpustakaan itu seperti perpustakaan di film-film, dengan rak-rak kayu, tempat membaca yang tenang, serta harum buku-buku koleksinya. Kemudian, ekspektasi itu hancur berkeping-keping di kepalaku ketika aku dan Ainul menginjakkan kaki di dalam. Hahaha.

Ternyata, oh, ternyata, di Perpusnas, pengunjung tidak dipersilakan untuk mencari dan mengambil buku yang ingin dibaca secara langsung, melainkan mencari referensi buku yang ingin dibaca, kemudian menyerahkannya kepada petugas perpustakaan untuk kemudian bukunya dicari. Ruangan berisi buku-bukunya tidak boleh sembarang dimasuki tanpa izin.

Aku dan Ainul menjelajah mulai dari lantai 1 hingga lantai 8. Di lantai 1, sebelum naik ke lantai sebelumnya, para pengunjung harus membuat kartu perpustakaan. Kami mengisi formulir online, kemudian langsung berfoto dan dicetak kartunya. Kartu itu digunakan untuk masuk ke daerah perpustakaan. Ditempelkan ke mesin seperti yang biasa dilihat di halte-halte Transjakarta. Di lantai 2, ada tempat untuk para pengunjung mencari referensi buku-buku yang ingin dibaca. Sementara dari lantai 3 hingga 8, ada ruang baca dengan topik yang berbeda-beda. Saat aku dan Ainul masuk, rata-rata pengunjungnya adalah anak kuliah yang sedang mengerjakan tugas. Mereka membaca sambil membuka laptop di ruang baca.

Setelah melihat-lihat Perpusnas, kami berjalan kaki ke Gramedia Matraman yang letaknya tidak terlalu jauh dari sana. Kami melanjutkan proses pembuatan skenario sambil ngemil di Dunkin Donuts Gramedia Matraman. Aku dan Ainul membuat skenario sambil kontak-kontakan dengan Ocal, kameramen dan editor. Agar mempermudah, kami memutuskan untuk bekerja di rumah Ocal yang masih terletak di daerah Rawamangun. Karena jaraknya tidak terlalu jauh, kami akhirnya naik bajaj. Tapi, sebelum itu, aku menemani Ainul makan mi ayam di depan Gramedia karena dia hanya membeli minuman di Dunkin. Padahal, waktu itu langit sudah mulai terlihat jingga dengan semburat ungu.

Aku dan Ainul brainstorming di rumah Ocal. Sampai saat itu, kami masih belum menemukan ending yang tepat. Berbagai scenario muncul di pikiranku. Ainul juga sudah sibuk corat-coret di buku catatannya. Sampai akhirnya kami sepakat untuk menambah adegan Dikka dan cita-citanya menjadi bos di perusahaan besar sebagai penghubung ide teman-teman yang lain.

Malamnya, aku dan Baba langsung menyelesaikan skenario. Aku dan Ainul juga sibuk menghubungi beberapa anak laki-laki di kelas karena adanya tambahan peran. Kami janjian untuk kumpul di sekolah pukul 7 besok paginya. Karena saat itu SMA sudah selesai UTS dan tidak ada sesi belajar intensif, sementara SMP sedang melaksanakan UTS, sekolah bisa dibilang cukup sepi. Sebelum ke sekolah, aku dan Baba meng-print dan memfotokopi skenario untuk dibagikan pada semua pemain dan kru. Meski sudah dibilang dating pukul 7, budaya molor rupanya masih ada di antara kami. Ada yang dating pukul 9, pukul 10. Dan kami pun baru memulai syuting adegan di kantin sekitar pukul setengah 11.

Selesai syuting adegan kantin, kami beristirahat sebentar sambil mengisi diari yang dijadikan diari Dara di film. Niatnya, sih, setelah itu langsung syuting di lobby sekolah. Tapi kami terlambat. Anak-anak SMP sudah berhamburan keluar sehingga lobby terlalu padat untuk dijadikan tempat syuting. Kami pun pindah ke gedung sebelah, gedung Grapari, dan melakukan syuting adegan Dikka, Laras, bersama ayahnya Laras disana. Dio, yang awalnya gabut dan tidak ikut campur dalam urusan film pun ditunjuk menjadi supir ayahnya Laras yang diperankan oleh Gibgib. Untuk mobil, kami pinjam mobil Tyrone, anak kelas X IPS 1. Iseng-iseng, aku dan Ainul numpang lewat dalam adegan itu. Hihi.

Setelah syuting adegan tersebut, kami kembali ke sekolah dan mengambil ruang putih di sekolah. Kami menyebutnya ruang putih, aku bahkan lupa nama ruangan itu. Yang jelas, ruangan itu digunakan untuk belajar, guru-guru memasukkan nilai, pokoknya serbaguna, deh! Aku ikut menjadi salah satu cameo adegan ini, sebagai pegawai perusahaan Dikka. Ya, adegan ini adalah adegan Dikka yang dilantik menjadi direktur perusahaan ayahnya Laras. Selain aku, ada Zafira, Baba, Dikka, dan Tyrone yang menjadi pegawai.

Perjalanan syuting hari itu masih panjang. Kami berniat menuntaskan semuanya hari itu, mengingat deadline yang tinggal sehari lagi. Lokasi selanjutnya adalah Perpusnas. Bagian perizinan kami (Yay, Japir!) berhasil meminta izin untuk meminjam tempat rak-rak buku untuk syuting. Kali ini, aku juga muncul sebagai ibu perpustakaan setelah Ainul bujuk semenjak kami menulis scenario di rumah Ocal. Aku menguncir rambut, memakai kacamata, dan cardigan cokelat muda. Satu hal yang aku ingat dari syuting di Perpusnas adalah, aku dikira petugas perpustakaan beneran oleh beberapa pengunjung. Mereka menyerahkan kertas kecil berisi buku yang ingin dipinjam. Aku hanya bisa tertawa kecil dan menunjuk ke petugas perpustakaan yang asli. Teman-teman di ruangan itu juga hanya tertawa kecil.

Karena sudah hampir setengah 4 sore dan kami semua belum makan siang, kami makan di tempat makan yang ada di seberang Perpusnas. Kami itu Daffa, Vianka, dan Firyal sebagai pemeran, aku, Ainul, Zafira, Dean, Ocal, dan Baba sebagai kru. Tyrone juga ikut.

Mataku bolak-balik menatap menu dan isi dompet. Beralasan ke toilet, aku, Dean, Ainul, dan Daffa keluar dari tempat itu dan malah memesan mi ayam 10 ribuan. Hahaha. Setelah itu, kami kembali ke tempat yang lain makan. Sisa tiga adegan. Adegan Dikka berkaca sembari merapikan jasnya di toilet, Dikka menulis surat untuk Dara di ruang kerja, dan adegan Dikka dan Laras pulang dari kafe. Tadinya, adegan toilet mau dilakukan ketika kami kembali ke sekolah. Tetapi, ketika melihat bahwa toilet di tempat makan punya lighting yang bagus, mengapa tidak? Adegan Dikka dan Laras juga seharusnya dilakukan pada saat syuting di kafe, namun, saat itu kami bahkan belum menemukan endingnya sehingga adegannya dilakukan di parkiran sekolah.

Kami kembali ke sekolah menjelang maghrib. Tersisa aku, Ainul, Ocal, Daffa, Vianka, dan Zafira. Jalanan kembali ke sekolah juga mulai padat dengan mobil-mobil orang pulang kantor. Kami memulai syuting lagi setelah maghrib untuk adegan Dikka menulis surat untuk Dara. Adegan itu juga pada akhirnya dilakukan di meja piket sekolah. Tempatnya terbuka. Zafira ikut berakting menjadi sekretaris Dikka.

Sudah hampir pukul 8 malam dan kami akhirnya sampai di adegan terakhir, adegan di luar kafe, di mobil Dikka. Ada satu adegan dimana Dikka time-lapse menunggu Laras yang tak kunjung balik ke mobil setelah berniat mengambil dompetnya yang tertinggal. Adegan itu akhirnya di-shoot menggunakan iPhone. Untuk membangun suasana, diputar lagu Bimbang, OST AADC 1. Tinggal adegan itu, ternyata Daffa mengalami kesulitan memutar lagunya karena lagunya otomatis terganti menjadi lagu lain. Setelah beberapa kali percobaan, kami meninggalkan Daffa sendiri di mobil untuk menyelesaikan adegannya.

Menuju pukul 8 malam, syuting akhirnya di wrap up. Eits, tapi perjuangan kami tidak sampai disitu. Masih ada proses editing yang membutuhkan waktu tidak sedikit. Bagian editing kami serahkan ke Ocal yang memang sudah terbiasa mengedit untuk video-videonya di YouTube. Alhamdulillah, hasil kerja keras kami syuting hanya 3 hari tidak sia-sia. 5 penghargaan itu merupakan sebuah kebanggan untuk kelas kami, X IPS 2.

Ini adalah pengalaman pertamaku menulis scenario untuk film pendek. Mengikuti prosesnya dari awal sampai akhir. I learned new things from it. Props to all casts and crews for working hard. They said hard work won’t betray, and it’s true!

p.s:
Titik Koma sudah dilihat 6000 kali. Terima kasih, semua!
Bagi yang belum nonton bisa langsung meluncur ke link ini https://youtu.be/RHdRf80ArKY.
Kritik, saran, dan masukan sangat diperbolehkan, kok!


Foto-foto lengkapnya ada di Facebook-ku:
https://www.facebook.com/muthia.fadhila/media_set?set=a.1027947910633823&type=3&pnref=story


Monday, June 13, 2016

Mural SMA Labschool Jakarta di Kompas Muda


Jumat, 10 Juni 2016, artikelku yang berjudul “Kebersamaan dalam Mural” dipublikasikan di Kompas MuDA, Koran KOMPAS. Artikel ini aku tulis bersama temanku, Dimas, yang juga merupakan panitia acara mural yang diadakan di sekolahku, SMA Labschool Jakarta.

Acara mural atau melukis dinding sekolah ini diadakan oleh SMA Labschool Jakarta sebagai salah satu cara kami untuk menyambut Hari Bumi Internasional. Dalam penulisan artikelnya, aku dan Dimas sempat mewawancarai murid-murid yang ikut serta dalam kegiatan tersebut.

Kami juga dibimbing oleh Bu Ina (guru seni rupa) dan Pak Satriwan (guru PKn) hingga sampai ke tahap penerbitan. Kebetulan, teman-teman di kelasku juga banyak yang mengikuti kegiatan ini sehingga aku dengan mudah mendapatkan informasi dan cerita-cerita di balik layar persiapan mural bertajuk “Saksi Bisu Dimakan Masa”. Oh, iya, acara mural ini juga merupakan proyek Padma, teman sekelasku yang sebelumnya berhasil meraih Juara Harapan 1 Lomba Poster oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan GIZ PAKLIM.

Terima kasih untuk Bu Ina dan Pak Satriwan atas bimbingannya. Juga pada Pak Fakhruddin, kepala sekolah SMA Labschool Jakarta, guru-guru, dan teman-teman atas dukungannya. Ini adalah pertama kalinya tulisanku dimuat di koran Kompas. Doakan kedepannya bisa dimuat lebih banyak tulisan lagi, ya! Aamiin. Untuk teman-teman yang mengikuti kegiatan mural, kalian semua hebat karena sudah bisa menyebarkan pesan melalui cara yang tidak biasa. Terus berkarya, Teman-Teman!





Tulisan yang dimuat ada di link berikut:
http://print.kompas.com/baca/2016/06/10/Kebersamaan-dalam-Mural
http://print.kompas.com/baca/2016/06/10/20160609_Kata-Mereka?utm_source=bacajuga

___________________________________________________________________________________

TULISAN ASLI:


MURAL SMA LABSCHOOL JAKARTA, 
BERKARYA UNTUK BUMI 

SMA Labschool Jakarta baru saja menyelenggarakan acara mural. Mural adalah melukis di atas media dinding atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 80 siswa kelas 10 SMA Labschool Jakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk memperingati Hari Bumi Internasional, sekaligus memperindah lingkungan sekolah.

Pada bulan November lalu, salah satu siswi SMA Labschool Jakarta, Padma Danti Umayyi (16 tahun) berhasil meraih Juara Harapan 1 Lomba Poster di Kementrian Lingkungan Hidup dan GIZ PAKLIM. Lomba ini diikuti oleh siswa sekolah menengah seluruh Indonesia. Ia berhasil membawa pulang uang tunai sebesar Rp 10.000.000 dan digunakan untuk kepentingan bersama.

Sepulangnya dari perlombaan, ia mengajak teman-temannya untuk berpartisipasi dalam melakukan perubahan di sekolah dengan melaksanakan kegiatan mural. Mural ini diberi judul “Saksi Bisu dimakan Masa”. Kegiatan yang melibatkan siswa-siswi SMA Labschool Jakarta ini dilaksanakan pada hari Minggu, 24 April 2016 atau dua hari setelah Hari Bumi Internasional. Hari Bumi adalah hari pengamatan tentang bumi yang diadakan setiap tahunnya di seluruh dunia pada tanggal 22 April. Dicetuskan oleh Senator Amerika Serikat, Gaylord Nelson, pada tahun 1970, Hari Bumi dirancang guna meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet kita tercinta, Bumi.


Mengapa Mural? 
Kegiatan mural ini merupakan ide dari guru seni rupa SMA Labschol Jakarta, Ibu Saffa Inayati yang akrab dipanggil Bu Ina. Setelah berhasil menyelenggarakan pameran seni untuk murid-muridnya bertajuk “Goresan Citra Seindah Jiwa” pada Januari lalu, kali ini, Beliau membuat acara mural untuk mengembangkan hobi dan bakat siswa-siswi SMA Labschool Jakarta yang tertarik dalam bidang seni, juga yang peduli pada lingkungan.

“Sebenarnya acara mural ini rutin diadakan tiga tahun sekali,” tutur Bu Ina ketika ditanya mengenai latar belakang diadakannya acara mural. Kegiatan mural tahun ini ada kaitannya dengan lomba poster yang dimenangkan oleh Padma. Sebagai peraih juara pertama dalam lomba tersebut, Padma diminta untuk membuat proyek yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Setelah berdiskusi dengan guru dan teman-teman, kegiatan mural tahun ini akhirnya dilaksanakan dan menjadi bagian dari proyek yang digarap oleh Padma, tentunya dengan dukungan warga sekolah. Melalui kegiatan mural ini pula, Padma juga sekaligus menyebarkan ilmu yang telah ia dapat selama mengikuti lomba kepada teman-teman. Menyebarkan ilmu yang didapat tentu merupakan hal yang patut dicontoh. Terlebih, para peserta yang ikut serta dalam kegiatan mural ini berpartisipasi secara sukarela dan dapat menyampaikan ide juga keprihatinan mereka terhadap kondisi lingkungan hidup saat ini.

Bu Ina juga bercerita bahwa kegiatan mural ini adalah awal bagi murid-murid yang tertarik dalam bidang seni untuk melukis bersama, dan nantinya akan terus dikembangkan hingga karyanya bisa dipamerkan di acara nasional maupun internasional. “Dan yang terpenting adalah para peserta juga memiliki kesadaran akan pentingnya mencintai lingkungan hidup dan menyebarkannya melalui lukisan dan mural.” ucap Bu Ina.

Mural ini dibagikan dalam empat tema, yaitu: air, tanah, hewan, dan udara. Ada 14 tembok yang harus dilukis dan masing-masing tembok mendapatkan tema-tema spesifik. Tiap kelas harus mengirimkan dua tim untuk melukis dua dinding. Mural ini dibuat untuk menggantikan graffiti yang sudah menghiasi dinding SMA Labschool Jakarta sejak tahun 2008.

Proses yang dilakukan peserta kegiatan mural ini tidaklah mudah. Mereka harus bangun pagi dan pergi ke sekolah pada hari Minggu. Melukis mural di dinding yang besar dalam satu hari itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi, lukisan yang dibuat bukan hanya lukisan, namun juga harus memiliki makna.

Dengan dilaksanakannya kegiatan mural ini, diharapkan siswa-siswi SMA Labschool Jakarta dapat terpengaruh dan ikut serta dalam menjaga lingkungan, karena kita semua hidup saling berketergantungan dengan lingkungan. Bila salah satu faktor alam dirusak, tentu tidak hanya membahayakan sekitarnya, seluruh dunia pun dapat terkena dampaknya.


Tembok Labschool Berbicara 
Kini makin banyak cara yang digunakan generasi muda untuk mengekspresikan kepedulian terhadap lingkungan. Melakukan reboisasi, mengadakan penyuluhan, dan sebagainya. Siswa-siswi SMA Labschool Jakarta memilih untuk berbicara lewat mural-mural mereka.

Dinding Labschool yang dihias oleh warga Labschool ini memiliki desain dan makna yang beragam. Wajah orang utan dan burung cendrawasih dilukis oleh peserta mural dari kelas X IPA 1. Orang utan tersebut digambarkan dengan wajah yang sedih dan juga dengan pewarnaan yang abstrak dan tidak tegas, sehingga menunjukkan keberadaan orang utan yang hampir punah dan menghilang perlahan-lahan. Sementara, lukisan cendrawasih diharapkan dapat menjadi peringatan bagi semua akan cenderawasih yang hampir punah. Kelas X IPA 1 mengaku ingin ikut melestarikan cenderawasih walau hanya dalam bentuk lukisan.

Kelas X IPA 5 mengekspresikan kepedulian mereka terhadap habitat-habitat hewan. Mereka melukiskan hiu dengan slogan “The only tank sharks should have is the ocean”, yang artinya hiu seharusnya hidup di habitat aslinya, yaitu laut. Selain hiu, ada pula yang melukis beruang grizzly di tengah sungai, yang mengandung arti bahwa kita harus menjaga kelestarian sungai bukan hanya karena itu adalah habitat ikan, melainkan tempat mencari makan hewan seperti beruang grizzly.

Siswa-siswi kelas X IPS 2 membicarakan kepedulian mereka terhadap badak, juga lingkungan perairan dan daratan. Dengan latar berwarna kuning, kelas X IPS 2 melukis seekor badak dengan cula tumpul, dengan slogan “Why are you doing this to me?”, melambangkan bahwa badak sudah mulai punah karena culanya diambil untuk keperluan manusia, seperti dijadikan obat. Mural kedua bertemakan pertambangan, yang dibagi tiga sisi. Sisi kiri menggambarkan oil drill atau tambang di lautan yang mencemari air dan makhluk hidup di perairan tersebut. Sisi kanan menggambarkan tambang di daratan yang merusak lingkungan, seperti pohon yang ditebang dan tanah subur yang digali untuk mendapatkan hasil tambang yang mereka inginkan. Sementara gambar di tengah menggambarkan para makhluk hidup yang sedang memprotes perlakuan oknum-oknum di sisi kiri dan kanan.


Serunya Menghias Sekolah 
Melakukan kegiatan yang cukup melelahkan, pasti meninggalkan kesan sendiri pada peserta-peserta mural SMA Labschool Jakarta. Kebersamaan pun dirasakan sembari melukis dan berkarya. Banyak yang setuju bahwa acaranya mengesankan karena melukis di dinding sekolah merupakan sebuah pengalaman yang baru. Mereka beranggapan bahwa acara mural sangat bermanfaat bagi murid dan sekolah. Mural di SMA Labschool Jakarta berisi pesan-pesan juga peringatan untuk semua akan pentingnya lingkungan, sehingga diharapkan mural tersebut dapat menjadi pengingat akan alam bagi warga SMA Labschool Jakarta.

Para panitia juga sempat berbagi cerita mereka dalam mempersiapkan acara ini. Ternyata, acara mural SMA Labschool Jakarta hanya dipersiapkan dalam jangka waktu seminggu. Persiapan meliputi merancang tema besar dan teman-tema spesifik, membeli perlengkapan acara, seperti: cat, kuas, dan sebagainya, mengumpulkan ide dan inspirasi, membuat sketsa mural, melakukan sosialisasi acara di lingkungan Labschool, serta mengumpulkan peserta untuk ikut serta dalam acara mural.

Meski begitu, peluh keringat mereka terbayarkan dengan hasil yang membanggakan. Bahkan, para peserta ingin agar acara mural ini tetap dilanjutkan dan diadakan tiap dua atau tiga tahun sekali. Baik panitia maupun peserta, semuanya berharap semoga kedepannya pesan yang terkandung dalam mural-mural di dinding SMA Labschool Jakarta dapat tersampaikan. Selamat Hari Bumi Internasional!


Ditulis oleh: Muthia Fadhila Khairunnisa dan Dimas Nur Hasanto 


Kata Mereka 

Kepala Sekolah SMA Labschool Jakarta, 
Drs. Muhammad Fakhruddin, M.Si 
Kegiatan mural dilatar belakangi oleh keinginan menfasilitasi bakat dan potensi di bidang seni lukis yg dimiliki oleh para siswa. Momentum waktunya dirangkaikan dengan peringatan Hari Bumi Internasional. Mural yang dibuat oleh kelompok siswa, masing-masing memuat pesan yang diekspresikan melalui goresan karya lukisnya. Harapan ke depan progran ini terus berlanjut karena pastinya akan terus ada siswa yang perlu disalurkan bakat dan potensinya melalui mural.

Insyira Rahmitha 
Menurut saya, acara mural sangatlah pas untuk kita kalangan muda untuk melestarikannya, karena dengan adanya kegiatan mural dapat melingkup segala seni, pesan dan moral yg dapat berkesan dan menyentuh hati masyarakat yang melihatnya. Dengan dilestarikannya kegiatan seni disertai pesan yang baik merupakan awal mula kepedulian remaja masa kini terhadap lingkungan dan segala aspek untuk memajukan bangsa dan negaranya.
Lukisan mural yang paling terkesan menurut saya adalah hasil karya X IPS 1 dengan judul 'Asap Rokok' mengapa, karena judul tersebut sudah sangatlah cocok untuk dijadikan sebuah acuan untuk mural lingkungan dikalangan sekolah, bisa kita lihat kenyataan yang terjadi dengan anak-anak remaja masa kini, mereka sudah mengenal rokok tanpa memikirkan resiko yang akan mereka dapat, dengan dibuatnya mural asap rokok ini menurut saya dapat sangat membantu untuk menyadarkan pemikiran anak-anak remaja masa kini tentang sebatang rokok yang sebenarnya sangatlah mematikan.
Saya berharap untuk kedepannya, acara mural yang sangat mendidik dan juga seru dapat dilestarikan atau tetap dijalankan oleh sekolah-sekolah untuk menghias dinding sekolah mereka dengan seni yang indah dan juga pesan ataupun moral yang baik untuk dilihat masyarakat semua.

Abdanu Syakran 
Acara ini adalah ajang mencurahkan isi kepala dan hati tentang lingkungan hidup. Suka duka yang dialami mulai dari proses perancangan tema hingga pengecatan pun banyak. Yang paling menambah semangat adalah fakta bahwa kami mengecat tembok yang sudah sekitar delapan tahun belum dicat ulang. Tapi, dibalik itu, kami dikejar deadline proposal serta anggaran yang belum tersusun rapi. Setelah itu semua selesai, kami mulai tenang lagi dan pada hari pelaksanaan acara kami mulai bersenang-senang mengeluarkan isi kepala dan hati kami. Untuk kedepannya, saya harap akan ada acara seperti ini lagi, kalau bisa lebih spektakuler dari yang satu ini.

Wangi Soka 
Tidak pernah terlintas di benak saya sebelumnya untuk 'corat-coret' tembok sekolah, tapi kegiatan mural kemarin itu sangat seru! Kami melukis sambil bernyanyi, bercanda, sehingga capeknya tidak terasa. Dan setiap gambar punya makna tersendiri dibaliknya, jadi memang tidak asal gambar saja. Proses dari brainstorming sampe ngecat itu cukup panjang, tapi menjadi kenangan.
Mural yang paling berkesan, of course punya kelompok saya! Kami menggambarkan bahaya rokok dengan siluet orang sedang merokok yang lehernya diikat dengan batang berdurinya bunga mawar, di sebelahnya ada gambar paru-paru yg setengah sudah kotor dengan asap rokok dan setengahnya lagi masih bersih dengan bunga mawar merah.
Harapannya, semoga tembok-tembok yang kami lukis bisa menjadi inspirasi bagi yang melihatnya, kebetulan temanya adalah menjaga lingkungan hidup yang di zaman sekarang kesadarannya sudah mulai menipis.

Dissa Shafira 
Menurut saya, acara mural sangat bermanfaat bagi murid dan juga sekolah. Mural di SMA Labschool Jakarta juga berisi tentang pesan-pesan dan juga peringatan untuk kita semua akan pentingnya lingkungan, sehingga diharapkan mural tersebut dapat menjadi pengingat akan alam bagi warga SMA Labschool. Belum lagi, sekolah jadi terlihat indah dan terhiasi warna. Murid pun mendapatkan pengalaman dan ilmu karena telah melukis di atas bidang yang sangat besar yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya. Dapat berpartisipasi di acara ini juga menjadi sebuah kehormatan bagi kami karena dapat menggantikan mural SMA Labschool sebelumnya yang sudah kurang lebih 8 tahun mewarnai tembok Labschool.
Saya menyukai semua karya mural yang ada, karena mereka semua memiliki gaya yang berbeda-beda dengan warna yang beragam. Namun karya mural yang paling berkesan menurut saya adalah karya Denisa Trixie dan Ariqo Mutiara. Menurut saya karyanya sangat rapi dan sesuai dengan tema yang telah ditetapkan. Karya dari mereka sangat menunjukkan keindahan lingkungan tersebut. Saya tidak pandai dalam menggambar pemandangan jadi saya sangat menghargai mereka yang mahir.
Semoga mural dapat memberikan manfaat bagi sekolah dan untuk kedepannya mural dapat tetap dilestarikan oleh SMA Labschool Jakarta. Dalam beberapa tahun lagi, mural tersebut akan digantikan oleh adik-adik kami. Maka dari itu saya harap mereka dapat menggantikan mural kami dengan karya-karya yang lebih bagus lagi, tak lupa dengan menyisipkan nilai-nilai kebajikan pada mural tersebut.

Denisa Trixie 
Menurut saya, acara ini adalah acara yang positif, juga sebagai wadah siswa untuk mengekspresikan diri dan menyampaikan pesan melalui media lukisan. Mural yang paling berkesan bagi saya adalah mural milik Dissa, yaitu lukisan orang utan, karena percampuran warnanya yang indah dan menarik. Harapannya, semoga karya kami bisa diapresiasikan dengan baik dan bisa menjadi motivasi kami tersendiri untuk terus berkarya.

Aviciena Shafa
Proyek ini merupakan pengalaman baru buat saya. Siapa sangka akan mendapat kesempatan untuk mencorat-coret tembok sekolah. Bukan hanya nyoret tembok, tapi disini kami bisa mengekspresikan diri. Selain bisa menunjukkan kalau kami semua yang ikut berpartisipasi dapat membuat mural sekreatif itu, kami juga membawa pesan untuk semua orang yang melihatnya. Sudah menjadi keharusan untuk kami saling mengingatkan agar bersama-sama menyelamatkan bumi.
Acara ini juga sangat berbeda dengan acara Labschool yang lain. Ini bukan lomba, tetapi ini acara untuk have fun bersama-sama. Walaupun panas-panasan dan baju kami dipenuhi oleh cat, ini sama sekali tidak merugikan. Jika dilihat tembok-tembok lainnya, sangat terlihat kalau teman teman kami sangat berbakat. Hasilnya juga sangat memuaskan.
Harapan saya, untuk kedepannya, proyek ini tetap dilanjutkan di SMA Labschool Jakarta. Semoga ini juga bisa menjadi inspirasi untuk teman-teman lain ikut serta dalam menyampaikan pesan melalui karya.

Andi Ainul 
Sebagai panitia, saya sangat suka dan mendukung kegiatan mural ini agar juga dilaksanakan di sekolah-sekolah lain. Dengan adanya kegiatan ini, siswa tidak lagi bingung untuk mengekspresikan dirinya sehingga kegiatan corat-coret di tembok bisa menghasilkan lukisan yang lebih bermakna yaitu mural.
Suka duka yang dialami pasti ada. Mulai dari kekurangan orang untuk menggambar mural, sampai masalah internal yang pada akhirnya bisa diselesaikan bersama sehingga acara terlaksana dengan senang dan gembira.
Harapan saya, untuk kedepanya, sekolah lain bisa mencoba mengadakan mural di sekolahnya. Selain menjadi penghias dinding sekolah, siswa juga dapat mengekspresikan kreatifitas mereka melalui media yang berbeda.

RM Daffa Dinan 
Acara yang seru. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan bagi saya dan teman-teman. Harapan saya, semoga catnya tahan lama dan karya kami dapat dihargai masyarakat SMA Labschool Jakarta.

Ariqo Mutiara 
Acara ini menurut saya sangat bermanfaat, baik untuk siswa-siswinya yang diberi wadah kreativitas, juga bagi pihak sekolah yang lingkungannya dibuat lebih indah dengan kreasi-kreasi kami. Ini juga bisa menjadi salah satu solusi untuk sekolah-sekolah lain dengan banyaknya siswa yang kurang tersalurkan kreativitasnya sehingga melakukan vandalisme.
Untuk kedepannya, semoga acara ini bisa menjadi acara jangka panjang SMA Labschool Jakarta yang bisa dilakukan rutin beberapa tahun sekali sehingga karya-karya siswa dapat dinikmati dengan baik


Foto-foto lengkapnya ada di FB-ku:
https://www.facebook.com/muthia.fadhila/media_set?set=a.1015617135200234&type=3&pnref=story


Sunday, June 12, 2016

Apresiasi Sastra Siswa Sekolah Dasar dan Konferensi Penulis Cilik Indonesia 2016



Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bekerja sama dengan Penerbit Mizan menyelenggarakan Apresiasi Sastra Siswa Sekolah Dasar 2016.

Tema KPCI 2016 adalah:
DENGAN KARYA KREATIF, CIPTAKAN INDONESIA YANG CINTA DAMAI

Ada 5 jenis lomba:

  1. Lomba Cerpen Kategori Pemula
  2. Lomba Cerpen Kategori Penulis
  3. Lomba Cipta Syair
  4. Lomba Cipta Pantun
  5. Lomba Mendongeng 

Persyaratan Pengiriman Karya untuk Semua Jenis Lomba:
  1. Peserta lomba adalah siswa Sekolah Dasar dan sederajat.
  2. Karya bertema "Dengan Karya Kreatif, Ciptakan Indonesia Yang Cinta Damai".
  3. Ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
  4. Tidak menghasilkan karya yang mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI
  5. Hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan atau diikutsertakan pada lomba yang sejenis.
  6. Naskah diketik menggunakan komputer pada kertas HVS ukuran A4, spasi 1,5, jenis huruf Times New Roman ukuran 12, margin 4-3-3-3 cm.
    CERPEN: membuat satu judul sepanjang 3-5 halaman.
    SYAIR: membuat satu judul syair.
    PANTUN: membuat lima pantun.
    DONGENG: mengirimkan CD berisi video peserta mendongeng dengan durasi 5 menit.
  7. Setiap karya harus disahkan keasliannya oleh Kpala Sekolah (distempel dan tanda tangan Kepala Sekolah).
  8. Pemenang lomba dan peserta yang terpilih akan diundang ke Jakarta untuk mengikuti Konferensi Penulis Cilik Indonesia mewakili daerahnya masing-masing, sekaligus pemberian penghargaan kepada para pemenang.
  9. Karya dikirim dua rangkap (sudah distempel dan tanda tangan Kepala Sekolah) disertai dengan fotokopi identitas diri (kartu pelajar dan biodata singkat: nama, tempat tanggal lahir, alamat lengkap, nomor telepon/handphone, e-mail, nama dan alamat sekolah, kelas) ke Sekretariat Konferensi Penulis Cilik Indonesia 2016, ke alamat:
    Direktur Pembinaan Sekolah Dasar
    u.p. Kasubdit Kelembagaan dan Peserta Didik
    Gedung E, Lantai 17 Kemdikbud
    Jalan Jendral Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat 10270

Beri keterangan lomba yang diikuti di sudut kiri atas amplop.
contoh: KPCI - Lomba Dongeng

Pemenang akan diumumkan di acara KPCI 2016.
Berhadiah tabungan pendidikan, trofi, dan bingkisan menarik.

Karya diterima paling lambat 13 Agustus 2016 (Cap POS).


Syarat dan Ketentuan lengkap dapat diunduh pada link di bawah ini:

https://drive.google.com/file/d/0B3g6ieaVgkOsMGlzb1FhaWVBd0k/view?pref=2&pli=1


Sumber:
Facebook KECIL-KECIL PUNYA KARYA
Blog KPCI MIZAN 2016 


 

Sunday, May 8, 2016

Lomba Menulis Cerpen Geospasial “PETA UNTUK REMAJA INDONESIA 2016”


Badan Informasi Geospasial (BIG) menyelenggarakan Lomba Menulis Cerpen tingkat SMP dan SMA.

Pilihan Tema:
1. Manfaat peta (pengetahuan geografi) untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.
2. Manfaat peta (pengetahuan geografi) untuk pencegahan kebencanaan.
3. Manfaat peta (pengetahuan geografi) untuk memudahkan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Ketentuan Lomba:
1. Panjang cerpen 2.500-5.000 kata atau setara 6-10 halaman A4.
    Format penulisan: 1,5 spasi, jenis huruf Times New Roman 12 pt, margin 2,5 cm.
2. Biodata peserta dan surat pernyataan keaslian karya/naskah yang disahkan Kepala Sekolah
    (file diunduh melalui www.big.go.id).
3. Membuat tulisan singkat tentang Badan Informasi Geospasial (minimal 250 kata).
4. Naskah cerpen geospasial belum pernah dipublikasikan di media mana pun.
5. Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah.
6. Keputusan panitia bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
7. Panitia berhak menggunakan karya tersebut untuk keperluan publikasi dan promosi.

Pengiriman naskah:
1. Naskah cerpen geospasial dikirim beserta lampirannya ke alamat email:
    lmc.geospasial@gmail.com dengan subjek:
    a. LMC Kategori A (untuk siswa SMP/Mts sederajat)
    b. LMC Kategori B (untuk siswa SMAMA sederajat)
2. Lampirannya sebagai berikut:
    a. Tulisan singkat tentang Badan Informasi Geospasial
    b. Lembar Biodata (ditandatangani dan di-scan)
    c. Surat pernyataan keaslian naskah (ditandatangani dan di-scan)
3. Batas akhir pengiriman naskah: 31 Agustus 2016

Sepuluh (10) naskah terbaik untuk masing-masing kelompok akan masuk seleksi FINAL dan diundang ke JAKARTA.

Hadiah Lomba:
Juara 1, 2 , 3, dan Harapan untuk tiap kelompok masing-masing juara mendapatkan trofi dan perlengkapan sekolah.
Total hadiah 43 juta rupiah.


Biodata Peserta dan Surat Pernyataan Keaslian Naskah dapat diunduh di sini

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi panitia di:
SEKRETARIAT LMC GEOSPASIAL "PETA UNTUK REMAJA INDONESIA 2016"
PUSAT PENELITIAN, PROMOSI, DAN KERJA SAMA BIG
Gedung C Lantai 1, Jalan Raya Jakarta Bogor KM 46 Cibinong 16911
Telepon: (021) 87908763, 081281557080 (Kak Nana)
Website: www.big.go.id
Email: lmc.geospasial@gmail.com


Sumber:
http://big.go.id/lomba-menulis-cerpen-geospasial-peta-untuk-remaja-indonesia-201/

Thursday, May 5, 2016

Akademi Remaja Kreatif Indonesia (ARKI) 2016


#‎ARKIMIZAN2016‬ siap mencari anak-anak kreatif bangsa ini.
Ayo, buat dan tunjukkan karya terbaikmu!



KETENTUAN LOMBA ARKI 2016


A. Lomba Menulis Cerita Pendek
Lomba menulis cerita pendek berbentuk fiksi. Siswa dapat menggali ide cerita berdasarkan kisah yang dialaminya maupun imajinasinya. Latar cerita mengangkat keseharian remaja.

1. Kriteria Penilaian
    a. Kesesuaian isi dengan tema: Istimewanya Keluargaku
    b. Struktur, pengisahan, dan bahasa:
        − Terpenuhinya aspek struktur (unsur intrinsik dan ekstrinsik) dan teknik pengisahan
        − Kekuatan pengisahan melalui pemanfaatan bahasa Indonesia yang baik dan benar
           (diksi, kalimat, gaya bahasa).
        − Kekuatan menghidupkan cerita.
        − Isi:
            > Kesesuaian ide cerita dengan tema.
            > Makna dan/pesan yang disampaikan.
            > Nilai-nilai kehidupan/budaya yang ditawarkan.
        − Keaslian dan kreativitas:
           > Keaslian dan kekhasan (unsur baru) isi cerita
           > Aspek lain yang memperlihatkan adanya inovasi

2. Persyaratan Karya
    a. Karya cerpen diketik rapi dengan panjang antara 4 sampai 6 halaman, jarak 1,5 spasi,
        dengan jarak margin 4-3-3-3, jenis huruf Calibri atau Times New Roman, 12 pt.
    b. Karya dikirim dalam bentuk print out dalam amplop tertutup.
    c. Di sudut kiri amplop dituliskan “LOMBA MENULIS CERPEN”.
    d. Naskah cerpen untuk penjurian tingkat nasional paling lambat diterima Panitia/Juri
        satu bulan sebelum pengumuman. Batas waktu penerimaan cap pos 30 Juni 2016.
    e. Karya dikirim ke alamat:
        Sekretariat ARKI, 
        Jl. Cinambo 135 Cisaranten Wetan, 
        Ujung Berung, Bandung 40294

Unduh contoh cerpen, klik: di sini



B. Lomba Cipta Syair
Lomba menulis syair (puisi lama). Siswa dapat menggali ide syair berdasarkan kisah yang dialaminya maupun imajinasinya. Latar syair mengangkat keseharian remaja.

1. Kriteria Penilaian
    a. Kesesuaian topik dan tema dengan isi. Tema: Kasih Sayang Keluarga.
    b. Keindahan gaya bahasa (diksi, majas, dan rima).
    c. Kedalaman makna dan manfaat (membentuk karakter).
    d. Orisinalitas/keaslian karya (bukan plagiat).
    e. Kreativitas (kekinian, keberbedaan, kefasihan).

2. Persyaratan Karya
    a. Satu karya terdiri atas 5-10 bait.
    b. Setiap karya dilengkapi dengan judul di bagian atas tengah kertas,
        serta nama siswa dan sekolah di pojok kanan bawah kertas.
    c. Karya dikirimkan terketik rapi atau ditulis tangan dengan jarak margin 4-3-3-3,
        jenis huruf Calibri atau Times New Roman, 12 pt.
    d. Karya dikirim dalam bentuk print out dalam amplop tertutup.
    e. Di sudut kiri amplop dituliskan “LOMBA CIPTA SYAIR”.
    f. Naskah syair untuk penjurian tingkat nasional paling lambat diterima Panitia/Juri
       satu bulan sebelum pengumuman. Batas waktu penerimaan cap pos 30 Juni 2016.
    g. Karya syair yang dikirimkan memenuhi syarat-syarat syair:
        − Satu bait terdiri atas 4 baris.
        − Setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.
        − Baris pertama, kedua, ketiga, dan keempat berbentuk isi syair.
        − Dalam satu bait bersajak atau berima a-a-a-a.
   h. Karya dikirim ke alamat:
       Sekretariat ARKI, 
       Jl. Cinambo 135 Cisaranten Wetan, 
       Ujung Berung, Bandung 40294

Unduh contoh syair, klik: di sini.



C. Lomba Cipta Komik
Lomba menggambar komik strip. Siswa dapat menggali ide komik berdasarkan kisah yang dialaminya maupun imajinasinya. Latar cerita mengangkat keseharian remaja.

1. Kriteria Penilaian
    a. Kesesuaian isi cerita dengan tema: Keluargaku Superhero.
    b. Kualitas gambar dan panel komik.
    c. Konsistensi penggambaran karakter.
    d. Orisinalitas cerita dalam komik.

2. Persyaratan Karya
    a. Komik dibuat sebanyak 6-8 halaman (termasuk cover judul).
    b. Format hitam putih.
    c. Isi komik tidak mengandung unsur SARA dan pornografi.
    d. Komik digambar di media A4.
    e. Karya orisinal, ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
    f. Karya dikirim dalam amplop tertutup.
    g. Di sudut kiri amplop dituliskan “LOMBA CIPTA KOMIK”.
    h. Hasil karya komik untuk penjurian tingkat nasional paling lambat diterima Panitia/Juri
        satu bulan sebelum pengumuman. Batas waktu penerimaan cap pos 30 Juni 2016.
    i. Karya dikirim ke alamat:
       Sekretariat ARKI, 
       Jl. Cinambo 135 Cisantren Wetan, 
       Ujung Berung, Bandung 40294

Unduh contoh komik, klik: di sini.



FAQ (FREQUENTLY ASKED QUESTIONS) ARKI 2016

1. Kak, ARKI itu apaan, sih?
ARKI itu singkatannya Akademi Remaja Kreatif Indonesia. ARKI ini merupakan kegiatan yang diadakan buat kamu yang punya segudang ide tapi bingung gimana cara ngeluarinnya dari kepala.

2. Kegiatan ARKI itu emang apa aja, sih, Kak?
Nah, di ARKI ini kita punya tiga jenis kegiatan lomba, yaitu:
1. Lomba Cipta Cerpen
2. Lomba Cipta Syair
3. Lomba Cipta Komik

3. Wah asyik ya Kak, siapa aja yang boleh ikutan ARKI?
Pelajar SMP (kelas 7 dan 8) dan SMA (kelas 10 dan 11) dari seluruh provinsi di Indonesia.

4. Kalo kita mau ikutan caranya gimana, Kak?
Cukup dengan mengirimkan naskah tulisan kamu dari lomba yang ingin kamu ikuti.
1. Setiap karya dikirim dua rangkap dan harus disahkan keasliannya oleh Kepala Sekolah (distempel dan ditandatangani Kepala Sekolah).
2. Karya yang dikirim disertai dengan fotocopy identitas diri, berupa kartu pelajar dan biodata singkat (nama siswa, tempat tanggal lahir, alamat lengkap, nomor telepon/handphone, e-mail, nama sekolah, alamat sekolah, dan kelas).

5. Kak, kalau aku kelas 9 SMP atau kelas 12 SMA apa tidak boleh ikut?
Peserta ARKI 2016 yang disarankan adalah yang berada di kelas 7 dan 8 SMP juga kelas 10 dan 11 SMA. Hal ini dikarenakan penyelenggaraan ARKI 2016 di akhir tahun ini. Nah jika peserta berada di kelas transisi yaitu 9 dan 12 maka akan menyulitkan peserta dalam mengurus administrasinya.

6. Tema dari setiap lomba itu sama atau berbeda?
Beda.
· Lomba Cipta Cerpen (tema: Istimewanya Keluargaku)
· Lomba Cipta Syair (tema: Kasih Sayang Keluarga)
· Lomba Cipta Komik (tema: Keluargaku Superhero)

7. Oh iya Kak, boleh tidak kalau misalnya kita mau mengirim lebih dari satu naskah?
Setiap peserta bisa mengirimkan lebih dari satu karya dan maksimal dapat mengikuti dua kategori lomba. Jadi kirim karya terbaikmu yaa.

8. Kirim naskahnya ke alamat mana Kak?
Seluruh karya dikirimkan ke alamat:
Sekretariat ARKI 2016
Jl. Cinambo No. 135 Cisaranten Wetan
Bandung 40294

9. Kapan Kak kita bisa mengirimkan karya kita ?
Mulai tanggal 1 Mei 2016 sampai 30 Juni 2016 cap pos.

10.Pengumuman peserta yang lolosnya kapan Kak dan kita bisa lihat dimana ?
Peserta yang lolos akan kita umumkan pada akhir Juli 2016. Pengumuman dapat dilihat di website ARKI dan nanti peserta yang lolos juga akan dihubungi oleh kakak panitia.

11. Kak jurinya itu siapa?
Untuk setiap kategori lomba disiapkan 3 (tiga) juri yang terdiri dari Redaksi Mizan dan tenaga ahli yang ditunjuk oleh panitia ARKI. Jumlah keseluruhan juri adalah 12 (dua belas) orang.

12. Kalau kita sudah lolos tahap seleksi naskah terus ngapain lagi, Kak?
Dari hasil penjurian naskah akan kita seleksi 2 (dua) wakil yang lolos tahap seleksi dari setiap provinsi yang nantinya akan ikut dalam puncak acara ARKI di Jakarta tanggal 26-30 September 2016.

13. Di Jakarta itu acaranya apa, Kak?
Nanti para peserta akan dilombakan kembali untuk mendapatkan juara dari setiap kategori. Di samping itu, para peserta juga akan mengikuti pelatihan (coaching) dengan para coach ahli dan tinggal bersama dengan Saudara Sebangsa yang menjadi volunteer dalam ARKI 2016.

14. Hadiahnya apa Kak kalau kita menang? Hehehe.
Hadiah berupa uang pembinaan jutaan rupiah, sertifikat, dan piala dari masing-masing kategori lomba yang telah ditentukan, yakni Juara 1, 2, 3, Harapan 1, 2, 3, dan Juara Favorit untuk keempat kategori. Selama ARKI berlangsung kalian juga akan mendapatkan berbagai souvenir menarik.

15. Kak kalau aku masih mau tanya-tanya lagi tentang ARKI, aku tanya ke siapa?
Twitter:@DARemaja
Website: remajakreatif.com


Keseluruhan FILE ARKI bisa diunduh di link bawah ini:






Sumber:
http://www.remajakreatif.com/2016/05/ketentuan-lomba-arki-2016.html
http://www.remajakreatif.com/p/faq-frequently-asked-questions-arki.html
https://drive.google.com/file/d/0B0SAj-1Knvt2c0tnSnJkODdKVDQ/view?pref=2&pli=1


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Monday, March 28, 2016

Sharing di Seminar Guru "Gerakan Literasi Sekolah"


Hari ini, Senin, 28 Maret 2016, aku “diculik” oleh Miss Arifah, guru Bahasa Inggrisku untuk datang ke SMAN 8 Jakarta. Aku diminta berbagi pengalamanku di depan para guru MGMP Bahasa Inggris dalam rangka seminar guru dengan tema “Gerakan Literasi Sekolah” yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan Indonesia.

Sekolahku, SMA Labschool Jakarta juga menjadi salah satu sekolah yang terpilih sebagai sekolah literasi. Miss Arifah menjadi salah satu pembicara dalam acara yang dihadiri para guru MGMP Bahasa Inggris tersebut. Sebetulnya, aku sudah pernah diberi tahu tentang hal ini oleh Miss Arifah. Namun, kukira acaranya diadakan pada hari libur, sehingga aku lupa menyiapkan buku-bukuku dan kartu namaku.

Tadi pagi, ketika aku masih mengikuti pelajaran sosiologi, tiba-tiba Miss Arifah meminta izin Pak Marsono, guru sosiologiku, untuk meminjam aku. Miss Arifah menyampaikan maksudnya untuk mengajakku ke seminar guru ini. Miss Arifah juga sudah izin kepada Pak Fakhrudin, kepala sekolahku, untuk mengikuti kegiatan ini. Syukurlah sekolah mendukung penuh dalam berbagai kegiatan yang menyangkut kepenulisan. Aku pun akhirnya berangkat menaiki taksi bersama Miss Arifah ke SMAN 8 Jakarta.

Ini adalah pertama kalinya aku berbagi pengalaman menulisku di depan para guru, menjadi satu-satunya dalam ruangan itu yang berpakaian putih abu-abu. Hanya dengan bermodal presentasi yang kusimpan di flashdisk beserta pengalaman yang kudapat, alhamdulillah aku sukses berbicara di depan panggung. Namun, karena terbiasa berbicara di depan teman-teman atau adik-adik, rasanyaa aku masih terbawa bahasa yang sehari-hari kugunakan kepada teman sebayaku. Walau begitu, ini adalah suatu pengalaman yang luar biasa bagiku, karena aku ikut berperan dalam menyebarkan Gerakan Literasi Sekolah ini.

Oh, ya, selain Miss Arifah dan aku, ada dua pembicara lain, yaitu Bapak Dr. Joko Arwanto dan Bapak Dr. Satria Darma. Acara ini juga dihadiri oleh Kepala Kurikulum Dinas Pendidikan DKI, Bapak Dr. M. Husin.

Terima kasih Miss Arifah atas kesempatannya. Terima kasih pula kepada Pak Fakruddin, Pak Marsono, Bu Idah, dan guru-guru lainnya yang selalu mendukung dalam segala kegiatanku. Terima kasih juga kepada Bu Desi, guru SMAN 8 Jakarta yang telah mengundang kami. Semoga kita semua bisa menyebarkan semangat literasi lebih luas lagi. ^_^

Foto-foto lengkapnya ada di Facebook-ku:
https://www.facebook.com/muthia.fadhila/media_set?set=a.971124446316170.100002558717962&type=3

Saturday, March 26, 2016

Cerita dari Winner Camp LMS Pos Indonesia 2016



Jakarta, 26 Maret 2016

Untuk Teman-Temanku
Agen-Agen Anti Korupsi
di Tempat


Dua minggu sudah berlalu, sejak kita pertama kali bertemu, berkenalan dengan satu sama lain, berbagi cerita, dan mengukir sejarah baru. Alhamdulillah, aku terpilih menjadi salah satu dari 30 finalis lomba menulis surat yang diselenggarakan oleh Pos Indonesia bekerjasama dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Tema lombanya adalah ‘Generasiku Melawan Korupsi’. Kamis dan Jum’at, 10-11 Maret, kami, 30 finalis dikumpulkan di Bandung dalam rangka Penganugerahan Pemenang Lomba Menulis Surat 2016. Disana, kami mendapat pembekalan dari berbagai narasumber, sekaligus melakukan final untuk menentukan 6 juara. Tidak hanya itu, pada malam terakhir kami diajak keliling Bandung, meski cuaca kurang mendukung.




Perjalanan Menuju Bandung
Hari Kamis, 10 Maret 2016, aku bersama mamaku berangkat ke Bandung dengan travel terpagi yang berangkat tepat pukul 5. Sepanjang perjalanan, aku tidur, karena semalaman aku belum tidur akibat harus membuat script skenario untuk LFF (Labschool Film Festival), program membuat short movie antar kelas di sekolahku, SMA Labschool Jakarta. Aku yang menjadi scriptwriter buat short movie kelasku, kelas X-IPS2 yang berjudul “TITIK KOMA”. Untuk ceritanya, rencananya akan kutulis nanti.

Kembali ke perjalanan kami menuju Bandung. Perjalanan lancar dan kami sampai di Bandung pada pukul 7.30. Di jadwal yang sudah diberikan, para peserta memang diminta berkumpul di Hotel Posters terlebih dahulu. Aku dan mama naik taksi dari tempat travel kami menuju ke hotel.

Sesampainya di hotel, baru ada sekitar 1-2 orang peserta beserta pendampingnya. Seorang remaja berkerudung menghampiriku dan kami bertukar nama dan daerah asal. Namanya Izza dan dia berasal dari Yogyakarta. Setelah berbincang sedikit dengan Izza, aku dan mama langsung check-in ke kamar. Aku menginap di kamar 203. Mama juga ikut menginap di hotel yang sama agar tidak usah bolak-balik Jakarta-Bandung untuk menjemputku pada hari Sabtu paginya.

Setelah check-in dan beristirahat sebentar di kamar, aku dan mama kembali turun ke bawah dan tiba-tiba ...
“Itu dia Thia!” kata Izza, yang tadi kutemui di bawah.
“Kak Thia!” seru seorang anak dengan mata berbinar-binar, mulut terbuka, dan satu tangan diangkat ke atas.

Aku mengedip-ngedipkan mata melihat anak itu, mencoba menerawang siapa anak yang ada di depanku itu, karena memang pada dasarnya aku bukan penghafal wajah yang handal.
“Ha-hai ...” aku menyapa balik dan kami bersalaman.

Ya, anak itu adalah Ailsa, salah satu penulis KKPK yang bukunya pernah diedit oleh mamaku. Ternyata, oh, ternyata, Ailsa membawa 5 buah bukuku untuk kutanda tangani. Aku pun berkunjung ke kamarnya, dan teman sekamarnya adalah Izza. Ailsa banyak bercerita tentang kesehariannya sebagai siswa home schooling. Pagi itu, aku sudah banyak bercerita dengan Ailsa dan Izza.

Pukul 11, kami makan siang bersama. Aku berkenalan dengan beberapa teman lain seperti Ahsani, Sekar, dan banyak lagi. Rata-rata dari mereka memakai seragam sekolah masing-masing. Namun aku tidak dinfokan untuk memakai seragam.

Aku juga bertemu dengan Nadia, peserta lain yang sama-sama berasal dari Jakarta. Aku tau Nadia dari mamaku karena ternyata mamaku dan Nadia udah ngobrol duluan via inbox FB dan Line. Nadia menyapa mamaku begitu tau aku juga termasuk 30 finalis LMS 2016 ini. Wah, seru ternyata.

Perkenalan kami terpotong karena kami harus bersiap-siap untuk berangkat ke Graha Pos Indonesia yang berada di Jl. Banda untuk pembekalan dan pelatihan dari para narasumber sekaligus juri. Aku bersemangat sekali karena narasumbernya orang-orang hebat, yaitu Kak Gina S. Noer (penulis skenario), Bang Tere Liye (penulis novel), dan Kang Habiburrahman Elshirazy (penulis novel). Kami akan banyak mendapat ilmu dari para narasumber ini. Itu yang paling berharga dari kegiatan ini. Kami, terutama aku, benar-benar merasa menjadi orang yang sangat beruntung. Aku bersyukur sekali bisa mendapatkan kesempatan ini.

Saat ke Graha Pos Indonesia, aku membawa 1 travel bag. Namun sebenarnya perlengkapanku hanya mengisi separuh dari tas itu. Separuh lagi aku isi dengan buku-buku Bang Tere Liye, karena Bang Tere Liye akan menjadi salah satu narasumber. Ternyata, aku bukan satu-satunya yang membawa buku-buku Bang Tere Liye untuk ditanda tangani.

Perjalanan berlangsung sekitar 20 menit. Karena aku telat masuk mobil, aku dan mama ikut mobil panitia dan sampai lebih dulu di sana. Aku shalat zuhur terlebih dahulu sembari menunggu peserta lain datang dan acara dimulai. Setelah shalat, aku berkenalan dengan Qanaiya dan Azizah, yang langsung datang ke tempat acara, tidak ke hotel terlebih dahulu. Aku jadi ingat bahwa teman sekamarku, Fathina, juga termasuk salah satu yang langsung datang ke tempat acara.

Sebelum acara dimulai, kami difoto sendiri-sendiri untuk nantinya dijadikan prangko prisma. Setelah itu berfoto bersama di background Penganugerahan Pemenang Lomba Menulis Surat 2016. Aku jadi ingat ketika masih SD dan masih sering mengirim surat kepada sahabat-sahabat penaku. Dulu, aku dan adik-adikku sempat dibuatkan prangko prisma juga oleh mama.




Sharing Skenario Bersama Kak Gina S. Noer 
Acara dimulai sekitar pukul 1 siang. Para peserta duduk di kursi masing-masing. Kami juga diberi goodie bag berisi alat tulis, notes, dan kaos. Di meja kami tersedia permen dan minuman. Acara pertama adalah sambutan dari ketua panitia lomba serta doa. Pukul 13.30, kami menerima materi dari Kak Gina S. Noer tentang menulis skenario. Judul materinya adalah ‘Menulis Cerita dengan Gambar Bergerak’. Kak Gina ini sudah banyak menulis skenario. Diantaranya untuk film 'Ayat-Ayat Cinta' dan 'Habibie dan Ainun'.

Di awal materi, Kak Gina memutarkan film Lumiere Brothers, film tahun 1896 yang dibintangi oleh Charlie Chaplin, bercerita tentang Charlie Chaplin yang lari ketakutan namun malah terjebak di kandang singa, dan ia mencari cara untuk keluar dari kandang singa namun tidak membangunkan singa tersebut. Pada saat itu, film yang dibuat masih hitam-putih dan tidak ada suara. Tetapi, dengan melihat gerak-gerik pemeran filmnya, kita sudah bisa menebak apa inti cerita dari film itu.

Film adalah salah satu media bercerita kepada banyak orang. Ketika membuat cerita, berarti kita membuat karakter tumbuh dalam perubahan. Kak Gina menjelaskan bahwa 5W + 1H adalah hal yang penting dari sebuah cerita. Kami pun juga belajar mengenai premis, yaitu seseorang atau kelompok yang sangat ingin sesuatu namun mengalami kesulitan dalam prosesnya. Dalam membuat cerita, terbagi 3 babak, yaitu, karakter, hambatan, dan tujuan. 

Di babak pertama, penulis banyak mengisahkan tentang rutinitas tokohnya, atau biasanya disebut sebagai pengenalan dan pendalaman tokoh. Di akhir babak pertama, ada point of attack, awalan dari konflik cerita. Setelah point of attack, barulah mulai masuk ke hambatan atau konflik. Di babak kedua ini, penulis menjelaskan cara gampang atau taktik yang dipakai sang tokoh untuk keluar dari masalahnya. Babak ketiga adalah tujuan. Biasanya, babak ketiga ini menceritakan tentang kehidupan tokohnya setelah ia menyelesaikan konfliknya. Sebenarnya, variasi dari 3 babak ini bermacam-macam, namun, ini adalah salah satu pembagian babak yang banyak dipakai oleh penulis novel maupun skenario.

Setelah menjelaskan tentang cara membuat cerita, Kak Gina menjelaskan tentang skenario. Skenario adalah rancangan dan panduan dalam proses pembuatan film. Kami ditunjukkan satu klip, yaitu klip nominasi-nominasi skenario terbaik dalam Oscar. Kak Gina memperlihatkan struktur skenario, juga istilah-istilah yang biasa digunakan dalam sebuah skenario. Mulai dari INT., kepanjangan dari interior, digunakan untuk setting indoor, EXT., kepanjangan dari exterior, digunakan untuk setting outdoor, CU, kepanjangan dari Close Up, dan lainnya.

Karena sebuah skenario adalah panduan dalam pembuatan sebuah film, tentu kalimat yang digunakan dalam penulisan skenario adalah kalimat yang detail. Misalkan, ‘Andi sedih’. Ada banyak pengertian dari kata ‘sedih’. Entah itu sedih karena hatinya tersakiti, atau bisa jadi terharu. Sehingga penulisan aksinya harus jelas, misalkan, ‘Andi menangis meraung-raung’. Dengan begitu, aktor, direktor, dan kru film lainnya bisa lebih mengerti dan tahu apa yang harus diperlihatkan dalam film tersebut.

Prinsip utama dalam sebuah film adalah: SHOW, DON’T TELL. Kak Gina menerangkan dan berkata bahwa dialog hanyalah bantuan, dan terlihat bagus karena ditampilkan pada saat yang tepat. Dialog dalam sebuah film layaknya air, menyesuaikan dengan tempatnya. Yang terpenting adalah menunjukkan apa yang ingin ditampilkan di film itu dengan sebuah aksi, bukan hanya dari kata-kata. Seperti film yang kami tonton di awal materi, tidak ada dialog, namun tetap bisa dimengerti jalan ceritanya.

Satu saran yang paling aku ingat dari Kak Gina adalah, untuk menjadi penulis skenario yang baik, kita harus sering-sering menonton film. Semakin sering menonton film, semakin mengerti pula seluk beluk di balik layar pembuatan sebuah film.

Selesai materi Kak Gina, kami berfoto bersama. Aku dan yang lainnya berbondong-bondong meminta tanda tangan Kak Gina. Aku menjelaskan bahwa kebetulan aku juga sedang menulis sebuah skenario untuk Labs Film Festival (LFF), lomba film pendek antarkelas di sekolahku, SMA Labschool Jakarta. Kak Gina pun menuliskan sedikit pesan untukku ketika tanda tangan. Pesannya adalah, jadi jangan lupa, “Show don’t tell!”. Aku pun mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Sekarang, teman-teman juga bisa melihat hasil akhir filmnya di Youtube dengan link: https://youtu.be/RHdRf80ArKY. judulnya “TITIK KOMA”. Silakan aja kalau mau melihat. Boleh juga di-like. Sekalian promo. Hehehe.




Sharing Menulis Bersama Bang Tere Liye
Kami break sejenak untuk shalat ashar dan makan snack sebelum melanjutkan ke materi selanjutnya yang akan dibawakan oleh Bang Tere Liye. Namun, setelah kami mengambil snack, bukannya makan, kami malah mengantri untuk tanda tangan Bang Tere Liye. Mamaku mencuri start dengan meminta tanda tangan Bang Tere Liye pada saat para peserta mengambil snack. Hehehe. Tidak hanya minta tanda tangan, teman-temanku juga menyampaikan salam dari orang tua, guru, teman, dan kerabatnya untuk Bang Tere Liye. Ketika waktu break habis, Bang Tere Liye masih sibuk menanda tangani buku yang dibawa para peserta.

Sekitar pukul 15.30, materi dengan Bang Tere Liye dimulai. Baru saja mulai, Bang Tere sudah meminta kami untuk menuliskan sebuah paragraf dengan kata “hitam”. Aku tidak berpikir panjang dan langsung menuliskan apa yang ada di pikiranku. Setelah selesai, Bang Tere membaca beberapa tulisan kami. Kebanyakan dari kami masih menuliskan hitam sebagai warna. Bang Tere pun memberi tahu tips pertamanya: Penulis yang baik harus bisa menemukan sudut pandang yang berbeda.

“Sekarang, coba tulis sebuah paragraf yang di dalamnya ada kata ...” ucap Bang Tere. Aku dan peserta-peserta lain sudah siap dengan pulpen di tangan. “Hitam! Selain hitam sebagai warna.”.
Hahaha, kami tertawa karena diminta menulis paragraf dengan kata yang sama.

Aku mulai berpikir keras, mencoba menuliskan apa yang terlintas di pikiranku. Namun pikiranku saat itu benar-benar hitam. Waktu habis dan aku belum menuliskan satu katapun. Tiba-tiba, Bang Tere menghampiriku dan membacakan tulisanku.

“Jangan!” aku sempat menarik bukuku, tapi akhirnya kuberikan juga.
Bang Tere membacakan paragraf yang pertama kali aku tulis. Aku menggigit lidahku pelan. Setelah membaca paragraf teman-teman, Bang Tere meminta kami untuk melakukan hal yang sama. Lagi-lagi kami diminta menulis paragraf dengan kata ‘hitam’ di dalamnya. Tetapi kali ini Bang Tere meminta kami untuk menuliskannya dengan sudut pandang yang berbeda.

“Di antara aku dan kamu adalah hitam. Hitam itu adalah dia.” Bang Tere membacakan tulisan Adhisty. Bang Tere memuji tulisannya, mengatakan bahwa kami sudah mulai menunjukkan perkembangan.

Untuk keempat kalinya, kami mengulang hal yang sama, menuliskan paragraf dengan kata ‘hitam’ di dalamnya. Aku menuliskan tentang buta warna. Ternyata ada 2 temanku yang menuliskan hal serupa dan dibacakan oleh Bang Tere. Bang Tere mengingatkan bahwa bagaimana cara kami mencari sudut pandang yang berbeda akan menentukan hasil lomba besok pagi.

Lagi-lagi, Bang Tere meminta kami menuliskan paragraf dengan kata ‘hitam’. Kami semua sudah tidak kaget, malah langsung mulai menulis. Bang Tere membacakan salah satu tulisan. Tulisan itu adalah tulisan Ailsa. “Ketika mendengar kata ‘hitam’, yang teringat olehku adalah kutil atau tompel, bulu hidung temanku, BAB kambing, dan hati para koruptor.”.

Setelah lima kali bermain dengan kata ‘hitam’, Bang Tere menyampaikan tips keduanya: Penulis yang baik membutuhkan amunisi. 

Masih dengan pulpen di tangan, Bang Tere mengulang kalimatnya untuk keenam kalinya, “Buatlah paragraf dengan kata ... ‘paket pos’ di dalamnya.”.
Ternyata kali ini berbeda. Padahal aku sudah memikirkan ‘hitam’ apalagi yang harus aku tulis. Tetapi, bagiku menuliskan paragraf dengan kata ‘paket pos’ tidak sesulit dengan kata ‘hitam’. Apa ini karena aku terlalu suntuk mengulang-ngulang kata ‘hitam’ di pikiranku sehingga pikiranku juga ikut menjadi hitam? Hahaha.

Lalu, Bang Tere membacakan beberapa tulisan dari kami. Idenya lebih beragam dan segar. Mungkin mereka sependapat denganku, sudah buntu setelah terus-terusan menulis kata ‘hitam’, sehingga idenya jatuh lebih segar ketika kami mendapat kata baru. Tetapi, beberapa peserta lain sepertinya belum bisa move on dari kata ‘hitam’. Mereka memasukkan kata ‘hitam’ ke dalam paragraf dengan kata ‘paket pos’ itu.

Untungnya, setelah menulis paragraf ‘paket pos’, Bang Tere menghentikan “permainannya” dan menyampaikan tips ketiga: Kalimat pertama adalah mudah, gaya bahasa adalah kebiasaan, menyelesaikan lebih gampang lagi.

Bang Tere bercerita bahwa setiap ia mengadakan pelatihan atau talkshow seperti ini, pasti ada orang yang bertanya tentang bagaimana cara membuat gaya bahasa yang khas. Padahal, gaya bahasa itu tidak perlu dibuat-buat. Yang penting adalah efektif atau tidaknya tulisan kita. Yang dimaksud efektif sendiri adalah mudah dimengerti pembaca. Boleh saja memakai bahasa yang puitis, asal tidak bertele-tele.

Bang Tere juga bercerita bahwa ada yang pernah bertanya tentang bagaimana menyelesaikan sebuah tulisan. Orang itu sudah membuat sebuah novel, namun bingung cara menyelesaikannya.
Bang Tere menjawabnya, “Tulis saja ‘TAMAT’.”

Sebenarnya, novel Hafalan Shalat Delisa adalah novel yang tidak selesai. Ending cerita yang saat ini dibaca oleh kita semua bukanlah akhir cerita yang sebenarnya. Namun, pada saat itu Bang Tere bingung untuk melanjutkan ceritanya, sehingga ia tulis kata ‘TAMAT’, dan sampai sekarang tidak ada yang tahu bahwa ending yang dibaca bukanlah ending yang sebenarnya.

Tips keempat dari Bang Tere adalah: Ala bisa karena terbiasa. Untuk menjadi penulis hebat, mulailah dari hal yang kecil. 

Bang Tere ketika SMA mencoba mengirimkan tulisan ke koran lokal dan berhasil dimuat beberapa kali. Beranjak kuliah, ia mulai mengirimkan tulisan berupa opini-opini ke koran nasional. Ia mengaku ditolak 14 kali oleh salah satu koran nasional, dan merasa begitu bangga ketika akhirnya diterima dan muncul di kolom opini sebuah koran nasional. Ia mulai menulis novel ketika berumur 25 tahun.

Ketika pertama kali menulis novel pun, ia merasakan penolakan beberapa kali oleh beberapa penerbit besar, yang sekarang malah mengejarnya, dengan alasan bermacam-macam. Ada yang karena genrenya tidak cocok, ada pula yang beralasan sudah menerbitkan tiga buku dengan tema yang sama. Hal lain yang disampaikan oleh Bang Tere adalah kirim naskah ke suatu penerbit harus menyesuaikan dengan genre penerbit itu.

Tips lainnya dari Bang Tere adalah: Tidak ada resep spesial untuk menjadi spesial, resepnya adalah diri kita sendiri. 

Kemudian, Bang Tere menjawab pertanyaan dari para peserta. Waktu favoritnya untuk menulis adalah ketika perjalanan di kereta atau pesawat. Ketika menulis di pesawat, ia sempat melihat orang di sedang menangis ketika membaca Hafalan Shalat Delisa, namun tidak sadar bahwa penulisnya berada di dekatnya.

Satu lagi cerita dari Bang Tere kalau ia loyal terhadap penerbit yang menerbitkan karya-karyanya. Penerbit itulah yang membesarkannya. Makanya, biarpun dirayu kayak gimanapun buat pindah ke penerbit lain, ia tidak mau.

Kata Bang Tere, kunci utama dari menjadi seorang penulis adalah disiplin, karena bukan gledek atau petir yang dapat menyuburkan tanaman, tetapi airnya. 




Sharing Motivasi Menulis Bersama Kang Abik
Selesai materi Bang Tere, kami mendapatkan satu lagi materi dan motivasi dari Kang Habiburrahman El Shirazy, atau biasa dikenal dengan Kang Abik. Namun, sebelum materi Kang Abik mulai, salah satu peserta dari Yogyakarta, Sekar, izin untuk pulang kembali ke Yogyakarta menggunakan kereta. Ia tidak bisa mengikuti kegiatan sampai besok karena keesokan harinya ia akan konser biola, dan persiapan konsernya sudah dilakukan berbulan-bulan yang lalu. Sedih rasanya berpisah dengan teman yang baru saja bertemu. Apalagi paginya aku duduk satu meja dengannya saat sarapan. Kami semua mengucapkan “Good luck!” untuk Sekar.

Kang Abik menampilkan slide dengan judul The Power of Writing. Dimulai dari dasar mengenai menulis, bahwa menulis itu adalah sebuah keterampilan, bukan pengetahuan. Di presentasinya, Kang Abik banyak menampilkan kutipan-kutipan dari orang-orang hebat. Kami diberikan rumus menjadi penulis berhasil yang dikutip dari Kuntowijoyo, yaitu 3M, Menulis, Menulis, dan Menulis terus-menerus. Kang Abik membahas bahwa orang-orang hebat rata-rata menulis. Mulai dari Soekarno hingga Steve Jobs, semua menulis.

Di tengah-tengah materi Kang Abik, kami break sejenak untuk sholat maghrib dan makan malam. Kami juga sempat meminta tanda tangan Kang Abik dan berfoto dengan beliau.

Sama seperti yang Bang Tere bilang sebelumnya, kunci dari menulis adalah istiqomah atau disiplin. Untuk penulis pemula, Kak Abik mengutip Roland Fishman, yang kutipannya berbunyi, “Jangan berpikir baik atau buruk tulisan itu. Menulislah sampai selesai!”. Aku ingat sering mendengar nasihat ini ketika pertama kali mulai menulis.

Kang Abik meminta kami untuk membuat definisi yang menarik tentang menulis. “Write for the fun of it!”, menulislah untuk kesenangan dari hal tersebut. Untuk menyemangati diri sendiri, kita harus membuat definisi sendiri tentang menulis, agar menulis terdengar menarik. Misalkan, menulis adalah menabung untuk studi ke luar negeri, atau menulis adalah untuk berbagi dengan sesama. Dengan begitu, kita akan lebih termotivasi untuk terus menulis.

Beberapa kutipan dari Kang Abik yang kucatat dan kucamkan adalah, “Write to a schedule.” Agar dapat disiplin menulis, kita harus mulai menulis dengan jadwal.
Diambil dari HR Bukhari, “Sesungguhnya di antara bayan (untaian kata, penjelasan) adalah sihir.”
Yang terakhir adalah “Berilah nyawa pada tulisanmu.”

Seharian itu, dari siang hingga malam, kami mendapatkan materi yang luar biasa, diberikan langsung oleh tiga narasumber yang hebat dan inspiratif. Aku sangat bersyukur karena mendapatkan banyak pelajaran hari itu. Tetapi, petualanganku belum selesai sampai disitu. Besoknya, kami, para peserta harus bangun pagi untuk melaksanakan final lomba menulis surat, alasan utama mengapa kami dikumpulkan di Bandung.

Kami kembali ke hotel sekitar pukul delapan malam. Aku dan Fathina langsung ke kamar, dan bersiap-siap untuk tidur. Aku hanya mengecek ponselku sejenak, melihat pesan-pesan yang masuk. Kebetulan, ketika aku di Bandung, teman-teman sekelasku melaksanakan shooting untuk kegiatan Labs Film Festival (LFF). Aku harus koordinasi dan komunikasi dengan teman-teman sekelasku itu karena aku scriptwriter-nya. Setelah itu, aku langsung tidur. Bahkan, aku lebih dahulu tidur dari Fathina yang masih terjaga karena belajar Bahasa Arab untuk UTS. Maklum, selama dua hari itu, aku hanya tidur di travel, tidak lebih dari 2 jam. Hoaaaahm ... ngantuknya.




Final Lomba Menulis Surat 
Jum’at, 11 Maret 2016, aku dibangunkan oleh alarm pukul 4 pagi. Rupanya Fathina sudah bangun terlebih dahulu. Bukannya bangun, aku malah memutuskan untuk kembali ke tempat tidur. Aku akhirnya benar-benar terbangun pukul setengah lima. Fathina sudah mandi dan bersiap-siap untuk melaksanakan shalat subuh. Ia bilang airnya hangat. Aku pun langsung mandi. Selesai mandi, kulihat Fathina sedang berkutik dengan buku catatannya.

“Itu apa?” tanyaku.
“Buat lomba nanti,” jawabnya.
Aku mengangguk. Aku memang sudah ada ide untuk lomba nanti, namun belum sempat kutulis di kertas.

Di jadwal, pukul 5 pagi, para peserta sudah dapat mengambil sarapan. Aku dan Fathina turun ke bawah setelah melaksanakan shalat subuh, namun belum ada siapa-siapa. Lampunya pun masih belum dinyalakan. Kami menunggu di bawah. Untungnya tidak terlalu lama sebelum pelayan hotel menyalakan lampu dan menghidangkan sarapan.

Aku bertanya pada teman-teman, apakah mereka siap untuk melaksanakan lomba nanti, atau belum. Rata-rata menjawab belum. Aku pun begitu. Tapi kami semua saling menyemangati. Malah, ketika selesai sarapan dan menunggu mobil untuk mengantarkan kami ke Graha Pos Indonesia, aku dan Ailsa bermain piano yang ada di pojok ruangan. Aku sempat memainkan lagu ‘Heal The World’. Lumayan buat refreshing sebelum lomba.

Kami berangkat menuju tempat kemarin dimana kami mendapatkan pembekalan dari ketiga dewan juri utama dalam final lomba ini. Sekitar pukul setengah tujuh, kami sudah sampai di Graha Pos Indonesia dan bersiap-siap untuk lomba. Para panitia menjelaskan tata tertib dalam lomba, seperti, tidak boleh membuka catatan atau alat komunikasi, menggunakan pulpen, dan boleh mengerjakannya di mana saja, tidak harus duduk di kursi yang telah disediakan. Beberapa peserta keluar ruangan dan mencari tempat untuk menulis. Aku memilih untuk menetap di ruangan.

Pukul tujuh tepat, lomba dimulai. Aku menulis dengan lancar karena sudah ada bayangan apa saja yang mau aku tulis di surat itu. Sebelah kiriku adalah Nadia, dan sebelah kananku adalah Ailsa. Dua jam berlalu begitu cepat. Aku bahkan sudah menyelesaikan suratku sekitar 15 menit sebelum lomba selesai.

Selesai lomba, aku keluar ruangan dan mengambil snack. Aku dan teman-temanku hanya dapat menenangkan diri masing-masing, berharap yang terbaik karena kami semua juga sudah memberikan yang terbaik pula. Setelah makan snack, kami diminta untuk kembali ke ruangan karena akan ada penjelasan mengenai layanan-layanan Pos Indonesia.

Kami diputarkan video tentang pelayanan Pos Indonesia pada zaman dahulu ketika pengantar surat masih menggunakan sepeda. Pos Indonesia sudah berdiri dan beroperasi jauh sebelum Indonesia merdeka, dan sudah lebih dari 200 tahun melayani masyarakat Indonesia. Lalu, kami dijelaskan mengenai berbagai macam layanan Pos Indonesia. Ada Filateli, Admailpos, Express Mail Service (EMS), Paketpos, Suratpos, Poskilat Khusus, dan Posexpress. Semua layanan Pos Indonesia dapat dilihat penjelasannya di sini: http://www.posindonesia.co.id/index.php/produk/surat-dan-paket.

Ketika mendengarkan penjelasan tentang layanan-layanan yang ada di Pos Indonesia, beberapa membuatku terkagum. Kupikir Pos Indonesia hanya melayani pengantaran surat dan paket, namun, ternyata lebih dari itu. Yang paling membuatku kagum adalah Admailpos. Dengar-dengar, Pos Indonesia lah satu-satunya yang memiliki mesinnya di Asia Tenggara.




Wisata Ke Museum Pos Indonesia 
Selesai penjelasan layanan-layanan Pos Indonesia, kami melakukan perjalan menuju Museum Pos Indonesia di Gedung Sate. Perjalanan tidak terlalu lama. Di Museum Pos Indonesia, kami mendengar penjelasan mengenai Pos Indonesia dari tahun ke tahun. Tidak hanya itu, kami melihat koleksi perangko dari berbagai negara, kotak pos dari zaman dahulu hingga sekarang, serta alat-alat pos lainnya. Tidak lupa kami mengabadikan foto di depan Museum Pos Indonesia dan di depan Gedung Sate.

Waktu kami tidak banyak karena yang laki-laki harus segera melaksanakan sholat Jum’at. Kami pun kembali ke Graha Pos Indonesia untuk kegiatan selanjutnya.




Pengumuman Juara Lomba Menulis Surat 
Kami beristirahat di ruangan tempat kami berkegiatan. Sebelum yang laki-laki turun ke masjid untuk shalat Jum’at, kami berkenalan dengan mereka, karena memang jadwal hari pertama terlalu padat sehingga tidak mungkin berkenalan dengan semuanya. Ketika para lelaki telah pergi, kami, para perempuan duduk melingkar di ruangan dan mulai bercerita tentang kehidupan masing-masing. Yang pesantren menceritakan kehidupan di pesantren. Aku pun menceritakan pengalaman-pengalamanku mengikuti lomba seperti ini. Aku sering menang lomba, tapi banyak kalahnya juga. Hehehe. Buatku yang penting aku sudah mencoba. Pengalaman ikutnyalah yang lebih penting. Dan dari cerita teman-temanku itu, ternyata banyak juga yang baru pertama kali mengikuti lomba menulis.

Sangking serunya bercerita, kami sampai tidak sadar bahwa yang laki-laki sudah kembali. Kami pun shalat zuhur di mushola kemudian makan siang. Entah mengapa diantara seluruh hidangan aku paling suka hidangan makan siang hari itu. Hihihi.

Tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Sesuai dengan nama acara kami, penganugerahan pemenang Lomba Menulis Surat 2016, sebentar lagi kami akan mendengar siapa-siapa saja yang akan dianugerahi sebagai juara. Kami masuk ke ruangan dimana kami mendapatkan materi dan pembekalan dari para juri kemarin. Suasana ruangan yang tadinya biasa saja menjadi luar biasa dengan panggung, lampu, dan tanaman hias di sekelilingnya. Kami pun duduk di meja-meja bundar layaknya acara-acara penganugerahan di televisi.

Acara dibuka dengan penampilan Tari Merak dari Jawa Barat dan dihadiri oleh perwakilan dari PT. Pos Indonesia dan KPK. Tadinya, walikota Bandung, Pak Ridwan Kamil juga dijadwalkan untuk hadir, namun beliau sedang ada tugas sehingga tidak bisa bertemu dengan kami semua. Di sisi lain, Bapak Saut Situmorang, Pimpinan KPK, dapat hadir di tengah-tengah kami. Semua peserta juga mendapatkan buku tulis, gantungan kunci, serta buku Memahami untuk Membasmi dari KPK. Lumayan untuk referensi belajar PKn. Hahaha.

Dilanjut dengan sambutan-sambutan dari VP Bina Lingkungan, perwakilan dari KPK, juga PT. Pos Indonesia. Selesai sambutan, inilah puncak acaranya, pengumuman pemenang Lomba Menulis Surat 2016. Mendengar kata “pengumuman” saja sudah membuat para peserta makin tegang dan tidak sabar.

Pengumuman dibacakan oleh ketiga juri, Kang Abik, Bang Tere, dan Kak Gina. Kata Kang Abik, selisih nilai kami sangat tipis. Tapi tetap harus ditentukan juaranya. Kami semua mulai berdoa ketika juara harapan 3 diumumkan. Juara harapan 3 berhasil diraih oleh Azizah, juara harapan 2 adalah Chumairotul Hidayah, dan juara harapan 1 adalah Hadi. Ketiganya maju ke depan panggung.

Masih ada 3 pemenang lagi yang belum diumumkan. Peserta yang masih duduk di kursi masing-masing hanya bisa menundukkan kepala dan berdoa. “Menang atau kalah belakangan, yang penting sudah berusaha.” kami mengulang-ulang kalimat itu semenjak menyelesaikan surat kami untuk lomba tadi pagi. Kang Abik membacakan pemenang ketiga. Juara 3 diraih oleh Kukuh. Mendengar namanya semenjak pertama kali berkenalan tadi siang terus mengingatkanku kepada lagu Teguh Kukuh Berlapis Baja. Hehehe. Pemenang kedua adalah Qanaiya. Aku ingat pertama berkenalan dengannya ketika sampai di Graha Pos Indonesia terlebih dahulu pada hari pertama.

Tibalah pengumuman pemenang pertama. Aku tidak berharap banyak, aku hanya dapat berdoa untuk hasil yang terbaik. Dan juara pertama diraih oleh ... Pebri! Aku celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri mendengar juara pertamanya. Mencari-cari tempat duduk Pebri. Ternyata, oh, ternyata, Pebri duduk tepat di sebelah kiriku. Ia berdiri dan maju ke depan. Seluruh orang di ruangan itu bertepuk tangan. Ah, dia adalah peserta terakhir yang kukenal namanya. Aku baru berkenalan dengannya setelah yang laki-laki balik dari melaksanakan shalat Jum’at.

Para pemenang diberi sertifikat, goodie bags, dan plakat. Setelah itu, para pemenang dipersilakan untuk kembali ke tempat duduknya, kecuali Pebri. Pebri diminta untuk membacakan suratnya di panggung. Dan suratnya itu sukses membuat para hadirin hampir menitikkan air mata. Kami semua mengakui bahwa ia memang pantas menjadi juara pertama.

Lalu, ada motivasi dari Pimpinan KPK Bapak Saut Situmorang. Beliau memberi selamat pada kami semua karena telah terpilih dari 4.557 peserta yang mengikuti lomba ini. Beliau juga memberi selamat kepada para pemenang dan mengangkat kami semua menjadi agen-agen anti korupsi.

Di penghujung acara, kami semua berfoto bersama. Tidak lupa aku meminta foto dan tanda tangan kepada Kang Abik, Kak Gina, dan Pak Saut Situmorang. Hanya dengan Bang Tere yang aku tidak punya foto bersama. Tidak hanya aku, tapi teman-teman yang lain juga sama, tidak punya foto bersama Bang Tere sendirian. Sepertinya Bang Tere adalah orang yang paling sadar kamera, karena setiap kali ada kamera mengarah padanya, dia selalu tau. Hehehe.

Hingga saat ini, aku benar-benar tidak menyangka bahwa aku dapat bertemu dengan orang-orang hebat ini dalam satu ruangan, serta mendapat ilmu yang tidak bisa kudapatkan di sembarang tempat.




Waktunya Jalan-Jalan 
Deg-degannya sudah lewat. Pembelajarannya pun sudah dicerna. Yang tersisa tinggal ... jalan-jalan! Sayangnya, langit Bandung saat itu mendung. Saat istirahat untuk shalat pun di luar hujan. Kami berlari menuju mobil di bawah gerimis. Tujuan pertama adalah tempat oleh-oleh Kartika Sari.

Para peserta menaiki 2 mobil yang berbeda. Di mobil yang aku naiki, tidak ada pendamping. Lama mengobrol di jalan, kami mulai merasakan sesuatu yang aneh.
Ada yang tiba-tiba menyeletuk, “Ini kan jalan ke hotel?”

Benar ternyata, di tengah gerimis, kami sampai di hotel. Tepat saat kami semua menyadari ada yang salah, mamaku meneleponku, dan menanyakan dimana aku. Setelah memberi tahu supir mobil, kami pun akhirnya putar balik dan melanjutkan perjalanan ke Kartika Sari.

Di Kartika Sari, kami hanya bisa berbelanja selama 30 menit, karena kami akan pergi ke alun-alun setelah itu. Untungnya mamaku telah membeli berbagai macam kue sehingga aku hanya membeli eskrim dan memakannya bersama teman-teman yang sudah sampai sejak tadi. Sementara menunggu teman-teman yang lain berbelanja, kami yang sedang makan eskrim pun berfoto-foto.

Kami berangkat ke alun-alun sebelum maghrib. Mobil diparkir di kantor pos alun-alun. Aku dan teman-teman shalat di masjid yang ada di alun-alun. Aku sudah berkali-kali ke Bandung, namun ini adalah pertama kalinya aku ke alun-alun. Selesai shalat, kami berfoto di alun-alun. Niatnya ingin naik menara masjid, sayangnya sudah tutup. Tiba-tiba Ailsa melihat peserta laki-laki sedang bermain di rumput sintetis. Alhasil kami pun ikut bergabung dengan mereka.

Waktunya narsis-narsisan! Mulai dari gaya angkat kaki hingga loncat, semuanya ada! Hahaha. Aku yang mengawali pose melompat. Awalnya mau aku share di Phhhoto, namun bateraiku habis. Puas berfoto-foto, aku, Ailsa, Nadia, Ahsani, Adhisty, Nabila, dan Yumna kembali ke gedung kantor pos untuk makan malam. Ternyata, beberapa peserta memilih untuk makan terlebih dahulu, baru jalan-jalan. Sementara, kami memilih sebaliknya. Kami menetap di ruangan makan sembari menunggu peserta lain kembali.

Ada review mengenai kegiatan ini sekaligus pengkoordinasian kendaraan untuk peserta yang pulang besok pagi dari Pak Agung.
Ketika ditanya Pak Agung, “Apa yang kurang?”
“Kurang lama, Pak!” serentak kami menjawab.

Ya, 2 hari rasanya seperti 2 jam. Namun, lagi-lagi aku tak menyangka bahwa 2 hari itu dapat memberikanku beribu ilmu dan pengalaman yang tak tergantikan. Bahkan tidak kudapatkan dari bangku sekolah. Untuk ini, aku sangat bersyukur karena sekolahku selalu men-support kegiatan-kegiatanku di luar sekolah.

Setelah review, kami salam-salaman dengan panitia dan sesama peserta. Lagi-lagi, perpisahan itu datang. Aku menyalami dan memeluk teman-temanku. Beberapa dari kami sampai menitikkan air mata. Ingin aku rasanya menitikkan air mata, namun hati ini malah memendam semuanya. Hati ini yang merasakan segalanya kalau kami belum ingin berpisah. Baru sebentar kami bertemu, ikatan batin kami sudah begitu kuatnya.

Di perjalanan kembali ke hotel, aku banyak bercerita mengenai kegiatanku. Nadia dan Ailsa pun begitu. Kami bertiga duduk dalam satu baris, ditambah Haris. Setiap kali kami asyik mengobrol bertiga, maka teman-teman di belakang akan tertawa. Katanya, Haris malah terus menengok ke belakang ketika teman-teman di belakang juga asyik mengobrol.

Sesampainya di hotel, kami semua langsung kembali ke kamar masing-masing. Aku dan Fathina juga langsung kembali ke kamar. Ternyata, ayah dan adik Fathina sudah menunggu di hotel untuk menjemputnya. Kami harus berpisah malam itu. Selain Fathina, beberapa peserta juga akan pulang malam itu. Bahkan, ada yang sudah pulang terlebih dahulu ketika kami menyelesaikan penganugerahan pemenang.

Fathina memintaku memilih di antara 2 gelang sebagai kenang-kenangan, gelang warna biru tua atau biru muda. Aku memilih biru tua, dan kulihat di tangannya ia memakai gelang yang sama. Tidak lupa, kami berfoto bersama sebelum ia pulang. Aku mengantar Fathina untuk pamit dengan teman-teman peserta lain. Fathina bersekolah di pesantren, sehingga akan sulit untuk kami saling bertukar kabar. Namun, aku sudah mendapatkan kontak adiknya sehingga komunikasi menjadi lebih mudah.

Setelah mengantar Fathina, aku mengetuk kamar 207. Nabila rupanya akan pulang malam itu juga. Ia berpamitan dan meninggalkan snack untuk kami semua.
Katanya, “Buat apa bawa snack kalau akhirnya dibawa pulang lagi?”

Menunggu Nabila dijemput, kami berfoto bersama.
Kalau kata Ailsa, “Malem ini kita dugem. Dugemnya nonton The Voice.” Sementara yang lain asik menonton, aku sibuk mengomentari acara Indonesia yang terlalu banyak iklan dan drama. Hahaha.

Pukul 12 malam, kami makin lelah. Mataku pun sudah tidak bisa menahan kantuk lagi. Kami semua berpamitan dan menuju kamar masing-masing. Aku memutuskan untuk tidur di kamar 207 karena di 203 aku akan tidur sendiri.




Hari Perpisahan Tiba 
Aku bangun sekitar pukul lima, kembali ke kamar, shalat subuh, kemudian beres-beres, dan mandi. Hari itu aku akan kembali ke Jakarta. Kamarku, yang hanya ditinggali aku seorang, terasa sangat sepi. Hari itu aku memakai kaos biru. Aku keluar kamar dan mendapati beberapa temanku yang memakai kaos berwarna sama. Entah telepati macam apa yang kami miliki. Hari itu, tanpa perjanjian, kami semua kompak memakai baju bernuansa biru.

Sarapan hari itu rasanya lama sekali. Mobil yang akan mengantarku ke travel akan berangkat pukul delapan. Sebelum itu, aku menyempatkan diri untuk berfoto bersama Ailsa dengan buku kami masing-masing yang Ailsa bawa. Aku memeluk teman-temanku satu persatu. Perasaan berat untuk berpisah itu datang lagi.

Tiba saatnya aku kembali. Adhisty bahkan sampai mengantarku ke mobil. Akan ada yang diturunkan di travel, stasiun, juga di alun-alun karena dijemput di sana. Aku melambaikan tangan dan mengucapkan terima kasih pada mereka semua.

Terima kasih atas 3 harinya, teman-teman. Terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang berharga. Semoga ketika kita bertemu kembali, semuanya sudah menjadi orang-orang hebat. Aamiin. Ingat pesan Pak Saut Situmorang, kita semua harus bisa menjadi agen-agen anti korupsi yang membantu KPK untuk membasmi korupsi di negeri ini.

Tak lupa, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Agung, Pak Rahmat, dan seluruh panitia LMS Pos Indonesia 2016. Juga kepada tiga narasumber yang luar biasa, yaitu Kak Gina, Bang Tere, dan Kang Abik. Winner Camp LMS Pos Indonesia 2016 ini telah menambah kaya ilmu dan pengalaman kami, terutama buatku. 

Postingan ini baru selesai kutulis 2 minggu setelah kami berpisah, karena aku harus menyelesaikan ending skenario yang kutulis dan ikut terlibat dalam proses shooting untuk Labs Film Festival (LFF).
Ah, 2 minggu ini rasanya seperti 2 bulan. Aku rindu, Teman-Teman.


Salam hangat,
Thia



Foto-foto selengkapnya ada di Facebook-ku:
https://www.facebook.com/muthia/media_set?set=a.10207397319664519&type=1


NB:
Oh, ya, sebelumnya, aku mengikuti Lomba Menulis Surat Pos Indonesia 2016 secara mendadak. Aku menuliskannya pas deadline tanggal 11Februari 2016 di sekolah. Bahkan pas lagi mau menulis surat, aku sempat dipanggil Pak Fakhrudin, kelapa sekolahku di SMA Labschool Jakarta untuk melakukan wawancara tentang Literasi dengan Radio RRI Pro 2 FM. Cerita wawancaraku ini sudah kutulis di blogku ini dengan judul: Wawancaraku di RRI Pro 2 FM.

Selesai wawancara, baru kutuliskan suratnya. Kebetulan saat itu ada jam kosong, jadi aku bisa menulis. Pas sebelum istirahat sekolah jam 12 siang, suratnya selesai kutulis. Aku langsung menelpon mamaku untuk minta tolong dikirimkan ke kantor pos. Kebetulan mamaku sedang kerja (menulis dan mengedit naskah), di sebuah restoran di dekat sekolahku. Jadi cepat datangnya.


Kutuliskan catatan ini sebagai pengingatku. Ada keseruan bersama sahabat-sahabat baruku disana. Ada banyak ilmu yang kudapat. Alhamdulillah. ^_^