Saturday, May 27, 2017

Thia's Journey in the US: A Prologue


Okay. First of all, I would like to apologize for rarely making a blogpost. This trip was from the end of January. However, I just happened to write it now. Ahahah. I wrote bits of it (already 5 pages long!). Unfortunately, my laptop wasn’t being a good laptop, hence the file is gone. I decided to rewrite this now cause I really want to share my amazing experience. I will write and post this in parts, to prevent it from getting deleted (and having to rewrite all of this again ; v ;). 

Few days ago, I watched Critical Eleven with my mom and friends. There’s this tingling feel I felt during the movie since I watched it alongside the peeps who went to Harvard Model United Nations last January. Some scenes from the movie was taken in New York. Yes, that New York, the city that never sleeps. It automatically brought back our memories, our first four days in the US. 

Bareng mama, tante, sepupu

Semua berawal ketika guru PKn kami, Pak Satriwan, yang bercerita tentang salah satu kegiatan unggulan yang diikuti oleh murid-murid SMA Labschool Jakarta, Harvard Model United Nations. For those who don’t know, Harvard Model United Nations adalah lomba simulasi sidang Persatuan Bangsa-Bangsa yang diselenggarakan oleh Harvard University. Pelajar SMA dari berbagai penjuru dunia berkumpul mewakili salah satu dari 193 negara yang tergabung dalam PBB, berpidato menyatakan masalah yang dialami negara mereka, bernegosiasi, and we make a draft resolution to solve the problems. Sounds interesting? For a high school freshmen who’s not fully adapted yet to the high school life, it sounds TRULY interesting. I swear. Apalagi foto-foto kegiatannya dipajang di koridor sekolah. Bikin ngiler. P.S: Good luck for the 10th graders who are planning to apply! 

Dan daftarnya pun ternyata nggak seribet yang aku pikir. Cukup membuat essay sekitar 1.500-3.000 kata mengenai salah satu dari tema yang ada. The theme varies. Starting from women’s participation in government, protection for the disables during war, even ISIS. There were 25 themes in total and we can only pick one. Aku memilih tema mistreatment of the mentally ill. I remember finishing and submitting it to my teacher during the deadline. Pagi-pagi dateng ke sekolah terus nyelesain essaynya di perpustakaan bareng temen-temen. Emang perpus Labschool udah pewe abis, dah. Hahaha. 

Essay tersebut dikirim oleh pihak sekolah dan diseleksi oleh pihak Harvardnya langsung. Alhamdulillah, I got chosen as one of the 31 students who’ll spend 14 days in the US. Moreover, kami adalah satu-satunya delegasi dari Indonesia, bahkan Asia Tenggara, yang mengikuti Harvard Model United Nations. Though, we pay for all our expenses, including the training. Ya, sebelum berangkat ke US, tiap minggu, kami mengadakan latihan. The coaches, Kak Mayang, Kak Habib, dan Kak Radhiyan, adalah mahasiswa Universitas Indonesia yang sudah berpengalaman memenangkan beberapa MUN baik skala nasional maupun internasional. 

Oh iya, kami juga tidak akan berada dalam satu ruangan, melainkan berkonferensi di komite masing-masing. My first choice was United Nations Human Rights Council. Sayangnya, kami tidak mendapat slot untuk komite tersebut. My second and third choices were UN Conference on Women and UN Social Humanitarian Council. I wasn’t there when we picked the council, karena sedang mengikuti penguatan HAM. Alhasil, dapet sisaan, deh. Antara UN Security Council dan Special Political and Decolonization Committee. Sempet gambling juga, mikirin the pros and cons of both councils. Akhirnya, aku ditempatkan di SPECPOL mewakili bersama Medina. SMA Labschool Jakarta mendapat dua negara untuk diwakilkan, Angola dan Yaman. Aku mendapat Yaman. 

Dan perjuangan para delegasi HMUN telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa berkumpul di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada 21 Januari 2017. 31 siswa dan 2 guru pendamping, Miss Nuniek dan Pak Agus. Aku dan mamaku menikmati santap siang di bandara. When I was about to recheck what’s on my luggage, aku baru sadar bahwa kunci koperku tertinggal di rumah. Aku langsung meminta tolong ibu (sebutan untuk tanteku) agar mengantarkan kunci koperku ke bandara. 

Ketika teman-temanku membawa dua koper besar, aku hanya membawa 1 koper besar dan 1 koper kecil untuk kabin, that’s when I realized people actually bring an empty luggage to be filled with things they bought from their destination. Pardon me as a newbie traveler. LOL. 

 Pesawat kami take off pukul 18.04. Yes, I wrote every details of what I did during the flight in my notes. Aku membawa buku saku dan pulpen di tempat aku menaruh pasporku. But I ended up enjoying the trip a little too much that I forgot to write the details once I arrived in the US. Perjalanannya cukup panjang, 7 jam hingga ke Dubai untuk transit. Sekitar pukul 00.30, kami sampai di Dubai International Airport. 

Hello, Dubai!

I was feeling so dizzy during the flight, dan aku baru ingat bahwa obat-obatanku semua kutaruh di koper bagasi. Sesampainya di bandara, aku langsung menukar 15 Dolar Singapur menjadi 35 Dirham, dan membeli obat pereda pusing warna biru seharga 10 Dirham. 

Saat aku dan teman-teman sudah berkumpul, salah satu temanku berceletuk, “Yah, sayang banget, Thi. Kenapa nggak minta aja?” I swear asking people for the medicine is the last thing to do on my list. Makin menyesal lagi ketika aku diingatkan bahwa toko-toko di bandara menerima Dolar US sebagai mata uang. I should’ve exchanged the SGD into USD instead. Aargh! 

Me getting ready for the flight

Pesawat kami dari Dubai menuju US take off pukul 2 pagi waktu Dubai (GMT+4). Sebelumnya, aku dan beberapa temanku telah berganti pakaian menjadi yang lebih hangat dan sepatu boots. Aku sendiri membawa sweater, coat, gloves, beanie, and boots yang baru saja kubeli sehari sebelum berangkat di dalam koper kabin. Kali ini, perjalanannya lebih panjang, sekitar 13 jam. I don’t really remember anything but what impressed me the most is the food. Seriously, gotta give it for da food.

NEXT:
Thia's Journey in the US: It's New York!


No comments:

Post a Comment