Wednesday, December 16, 2015

Review Film "Bulan Terbelah di Langit Amerika": Menyatukan yang Terbelah


Menyatukan yang Terbelah

Selasa, 15 Desember 2015, aku dan mama diundang ke acara media screening dan premier film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Kali ini aku tidak hanya datang berdua dengan mama, melainkan bersama teman-temanku di SMA Labschool Jakarta yang juga mendapatkan tiket media screening, Syifa, Saqo, Putsas, dan Tasya.

Bulan Terbelah di Langit Amerika adalah sebuah film hasil produksi Maxima Pictures, disutradai oleh Rizal Mantovani, dan diangkat dari novel dengan judul yang sama oleh Kak Hanum Salsabila Rais dan Kak Rangga Almahendra. Adakah yang sudah familiar dengan nama di atas? Ya, kak Hanum dan kak Rangga juga yang menulis buku 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika adalah lanjutan dari 99 Cahaya di Langit Eropa dengan tokoh utama yang sama, Hanum yang diperankan oleh Acha Septriasa dan Rangga yang diperankan oleh Abimana. Saat melakukan bedah buku di Gramedia Matraman, aku bertemu dengan Kak Hanum dan Kak Rangga. Alhamdulillah sampai sekarang silaturahminya masih terjalin dengan baik sehingga aku bisa hadir dalam premier film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Terima kasih Kak Hanum dan Kak Rangga. :)


9/11 
New York, 11 September 2001. Tentu tidak ada yang merasa asing dengan tanggal tersebut. Hari dimana Presiden Amerika George Bush akan mengunjungi Brooker Elementary School do Florida. World Trade Center. Tempat jatuhnya korban dalam tragedi kemanusian. Inilah yang disebut sebagai agenda Tuhan.

Sejak hari itu, dunia memecah belah berbagai pihak, memupuskan kepercayaan. Sejak saat itu, bulan terbelah. Film ini telah membuat saya yakin dan makin percaya dengan Islam. Film yang mempersatukan bulan yang terbelah. Film yang telah membuat saya percaya bahwa dunia tanpa Islam adalah dunia tanpa kedamaian.


Discrimination Againsts Hijabers 
Dalam satu scene di film ini, ditampilkan bagaimana tidak sedikitnya orang yang melakukan diskriminasi terhadap kaum berhijab. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh tetangga dari Sarah dan Azima Hussein. Ketika Hanum mendatangi rumah Sarah dan Azima untuk melakukan wawancara, ia salah mengetuk pintu, dan ternyata orang yang tinggal di rumah itu adalah seseorang bernama Billy, yang nyawa anak lelakinya direngut oleh peristiwa 9/11. Billy, melihat Hanum memakai hijab, ia tidak tinggal diam. Billy menanyakan apakah Al-Qur’an mengajarkan Hanum untuk membunuh orang yang berbeda darinya, untuk membunuh anaknya dan ribuan orang lain.

Untungnya Azima datang dan mengajak Hanum masuk ke rumahnya, menjelaskan bahwa ia baru saja mengalami diskriminasi terhadap perempuan berhijab. Tidak hanya muslim, namun biarawati yang memakai penutup kepala pun mendapatkan diskriminasi yang sama.


Al-Qur’an, Batu Akik, hingga Kue 
Perkenalkan, Sarah Hussein, seorang anak yatim. Ayahnya menghadiahkan Al-Qur’an pada hari ulang tahunnya. Berpesan bahwa itu adalah hadiah terbaik yang dapat diberikannya. 8 tahun kemudian, Sarah memeluk Al-Qur’an itu, satu-satunya hal yang diingat olehnya tentang ayahnya. Ia memutuskan untuk tetap percaya pada ayahnya. Bahwa ayahnya bukan monster atau teroris seperti yang dibicarakan oleh teman-temannya.

Tak hanya Al-Qur’an, batu akik pun ikut masuk dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Islam adalah agama yang mencintai damai. Islam tidak mengajarkan kebencian. Setiap batu akik mempunyai warna-warni yang unik, sama seperti manusia. Orang yang tidak patut dicontoh sama halnya seperti batu akik yang jelek. Namun orang-orang masih mau memakai batu akik itu untuk mewarnai hidup mereka. Kue juga merupakan hal yang meninggalkan kesan dalam film ini. Kue yang dibuat oleh Sarah untuk Billy. Kue sebagai perantara untuk terus bersilaturahmi. Kue yang menyadarkan Billy bahwa sebenarnya Al-Qur’an mengajarkan untuk berbagi.


Diss for Reporters 
Aku kebetulan juga berkesempatan untuk menghadiri press conference dari film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Pada saat itu, ada reporter yang menyampaikan bahwa ada adegan dalam film yang mengusik hati para reporter. Adegan itu adalah adegan saat Azima tahu bahwa Hanum berbohong untuk mendapatkan alamat dan nomor teleponnya. Azima berkata bahwa ia tidak percaya pada reporter maupun media. Reporter hanya mementingkan artikel, namun tidak mementingkan orang yang diwawancara.


Would the World be Better Without Islam? 
No, jika iya mengapa ada pahatan Nabi Muhammad sebagai salah satu “lawgiver” di Mahkamah Agung Amerika Serikat?
Islam mengajarkan kebaikan. Islam mengajarkan untuk berbagi. Islam mengajarkan untuk menyayangi dan mengasihi. Islam mengajarkan untuk memberi toleransi satu sama lain. Satu hal yang tumbuh di benakku, apa jadinya dunia tanpa Islam? Dunia tanpa Islam adalah dunia tanpa perdamaian. Perang dan perselisihan yang terjadi di dunia ini bukanlah disebabkan oleh agama, melainkan uang dan kekuasaan, seperti kata Rangga.


Nasib Stefan 
Dari semua tokoh yang ada dalam film ini, satu-satunya yang masih belum mendapat kejelasan di ending adalah Stefan. Stefan sudah bersama Rangga dan Hanum sejak 99 Cahaya di Langit Eropa. Kini ia sedang mengejar PhD-nya di New York dan tinggal bersama pacarnya, Jasmine. Namun, pada akhir film, ending Stefan masih buram. Salah seorang reporter menanyakan bagaimana kelanjutan nasib Stefan. Dan pemain Stefan menjawab bahwa akan ada kelanjutan filmnya tahun depan. Hmmm ….

*****


Setelah press conference, aku juga sempat bertanya pada Kak Rangga mengenai konten film maupun novel Bulan Terbelah di Langit Amerika. Mana yang fiksi dan mana yang diambil dari cerita asli. Kak Rangga menjawab bahwa yang fiksi tentu adalah adegan 9/11, dan untuk segala kebetulan yang ada di film itu memang sudah direncanakan jauh hari.

Hari itu aku mendapat banyak pengalaman dan pelajaran. Terima kasih untuk Kak Rangga dan Kak Hanum yang telah memberikan aku kesempatan untuk datang ke premier film terbarunya. Filmnya bagus banget. Do’akan agar aku dapat mengikuti jejak kakak berdua supaya novelku difilmkan. Sukses terus, ya, Kak!

Nah, pasti pada penasaran kan sama filmnya? Film ini akan diputer serentak tanggal 17 Desember 2015 di seluruh teater di Indonesia. Kabarnya, film ini juga akan tayang di Malaysia mulai minggu ketiga bulan Januari. Untuk yang sudah baca bukunya dan ingin melihat visualisasi dari buku yang dibaca, ayo tonton filmnya! Mumpung sudah mau libur akhir tahun, jangan lupa ajak keluarga dan teman-teman juga, ya!

*****

Foto-foto selengkapnya ada di FB-ku:
https://www.facebook.com/muthia.fadhila/media_set?set=a.913537215408227.100002558717962&type=3


1 comment: