Saturday, November 28, 2015

Launching Buku "Arief Rachman GURU"


Selasa, 23 November 2015, aku izin sekolah setengah hari untuk menghadiri peluncuran buku ARIEF RACHMAN: GURU yang didasari oleh catatan Pak Ukim Komarudin, kepala sekolah SMP Labschool Kebayoran, yang bertempat di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Alhamdulillah aku diijinkan. Aku diberi tugas titipan oleh guru-guruku. Beberapa guruku pun ikut menghadiri acara peluncuran buku itu.

Buku itu menceritakan kisah-kisah Pak Arief Rachman sebagai guru, juga kiat-kiat beliau untuk menyemangati murid-muridnya selama mengajar, yang tentunya kudapatkan semasa aku belajar di Labschool, SMP maupun SMA. Mulai dari lagu Halo-Halo Labschool, Anak Labschool Keren-Keren, hingga lagu yang biasa kami lantunkan saat lari Jum'at.

Aku dan mama sampai di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sekitar pukul setengah 1 siang. Acara akan mulai sekitar pukul 1 karena diberi hidangan makan siang terlebih dahulu. Saat itulah aku mencuri start untuk meminta tanda tangan Pak Arief. Di sana aku juga bertemu dengan Bu Indira Sunito, ketua Badan Pengelola Sekolah (BPS) Labschool beserta jajarannya. Di tempat yang sama, aku bertemu dan dikenalkan oleh Pak Arief Rachman kepada Bu Mien R. Uno. Aku pun memberikan buku-bukuku pada beliau. Ada pula Bu Conny Semiawan, guru besar Universitas Negeri Jakarta.

Tempat dudukku juga rupanya bersebelahan dengan Pak Rosiman, guru biologiku saat SMP, dan Pak Ali Chudori, kepala sekolah SMP Labschool Jakarta. Sebelum acara dimulai, aku diajak berfoto dengan Pak Arief Rachman oleh Pak M. Fakhruddin, kepala sekolahku di SMA Labschool Jakarta.

Acara dibuka oleh Kak Alya Rohali sebagai MC. Pertama-tama kami semua menyanyikan lagu Indonesia Raya, diikuti penampilan tari piring dan saman oleh murid-murid SMP Garuda Cendikia yang berkebutuhan khusus. Aku kagum melihat mereka yang memiliki semangat untuk mengembangkan bakat untuk menutupi kekurangannya. Lalu ada sambutan-sambutan dari Direktur Esensi - Erlangga Group, Kak Adhi (anak kedua Pak Arief Rachman), dan Pak Ukim Komarudin (penulis atau pengumpul catatan-catatan mengenai Pak Arief Rachman). Selesai sambutan, ada penayangan film testimoni oleh guru-guru dan orang dekat dari Pak Arief Rachman yang dibuat oleh Pak Garin Nugroho.

Pak Taufiq Ismail, yang juga menghadiri acara itu membacakan 2 buah puisi tentang guru. Yang pertama adalah tentang guru-guru dalam kehidupan, yakni, Ibu, Ayah, dan buku. Yang kedua adalah tentang mencari sekolah yang mengajari rasa malu. Topik ini juga dibahas oleh Bu Indira saat peringatan hari guru di Labschool Jakarta tanggal 25 November 2015.

Sambil menunggu datangnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Pak Anies Baswedan, Kak Shahnaz Haque sebagai moderator mewawancarai Kak Deva, anak bungsu dari Pak Arief Rachman. Kak Deva bercerita ketika ia umur 2 tahun dan Pak Arief Rachman dipenjara. Kisahnya sangat mengharukan, aku pun juga merasa tersentuh. Setelah cerita dari Kak Deva, Pak Arief Rachman dan keluarga berfoto bersama. Tepat saat itu, Pak Anies Baswedan memasuki ruangan. Beliau meminta maaf atas keterlambatannya dan menceritakan pandangannya mengenai Kak Arief Rachman, begitu biasa beliau memanggilnya. Aku juga sempat memberikan beberapa bukuku untuk Pak Anies Baswedan.

Talkshow dan seminar pun dimulai. Kak Shahnaz Haque menjadi moderator dan ada Pak Arief Rachman, Pak Ukim, dan Pak Imam Prasodjo yang menjadi narasumber. Sebelumnya, kami juga disuguhi video mengenai guru di Indonesia. Pak Imam Prasodjo menjelaskan bagaimana pandangan Pak Arief Rachman mengenai pola pendidikan yang seharusnya diterapkan di Indonesia. Mulai dari character building, nation building, dan barulah knowledge and skill di posisi ketiga. Sayangnya, untuk saat ini sepertinya para guru lebih mementingkan apa yang seharusnya berada di peringkat ketiga itu. Beliau juga menceritakan kehebatan sosok Pak Arief Rachman yang bukan hanya guru, tetapi aktivis yang pernah masuk penjara, organisator yang hobi mengatur, pemimpin, da’i, dan imam yang memimpin do’a jenazah. Yang terakhir itu membuat para penonton tertawa. Pak Imam menceritakan bahwa Pak Arief Rachman memiliki hobi yang unik, yaitu datang melayat saat ada orang yang meninggal, dan memimpin do’anya. Tak hanya saat ada yang meninggal, Pak Fakhruddin ternyata punya kejadian unik yang dialami saat pernikahannya. Pak Fakhruddin bercerita bahwa karena kesibukkan Pak Arief Rachman, saat pernikahan Pak Fakhruddin 20 tahun yang lalu, beliau memimpin do’a bahkan sebelum acara dimulai karena harus menghadiri acara lain. Guru-guru di ruangan itu tertawa mendengar cerita itu.

Lalu, ada sesi tanya jawab. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertanya. Aku bertanya mengenai cerita-cerita yang kudapat dari adik-adik kelasku yang mengikuti Konferensi Anak Indonesia maupun Konferensi Penulis Cilik Indonesia 2015 yang susah mendapat izin dari sekolah untuk mengikuti kegiatan-kegiatan seperti itu. Aku menanyakan bagaimana pendapat Pak Arief Rachman mengenai sekolah-sekolah yang kurang mendukung prestasi non-akademik anak didiknya. Namun sepertinya pertanyaan itu masih kurang terjawab. Tapi guru-guru bilang, aku bisa menanyakannya lagi di sekolah. Hahaha.

Setelah acara selesai, ada book signing dengan Pak Arief Rachman. Karena aku sudah mendapatkan tanda tangan beliau terlebih dahulu, aku pun berfoto dengan para narasumber. Mulai dari guru-guru, Pak Taufiq Ismail, juga Pak Imam Prasodjo. Aku sangat senang bisa menghadiri acara itu. Ditambah lagi aku menghadiri acara itu sebagai murid Labschool, yang selalu mendapat dukungan dan bimbingan Pak Arief Rachman. Semoga dengan diadakannya seminar dan peluncuran buku ARIEF RACHMAN: GURU, akan muncul sosok Pak Arief Rachman lain yang bisa meramaikan dunia pendidikan Indonesia, menginspirasi, dan memotivasi baik guru, orang tua, murid, maupun orang lain untuk terus berkarya karena seseorang akan diingat dari karyanya. Jika seorang penulis menghasilkan buku, seorang produser menghasilkan film, seorang guru akan menghasilkan murid-murid yang berprestasi dan berkarakter. Selamat Hari Guru. ^_^

Foto-foto lengkapnya ada di FB-ku:
https://www.facebook.com/muthia.fadhila/media_set?set=a.905860642842551&type=3&pnref=story

No comments:

Post a Comment